Pages

Selasa, 01 Oktober 2013

health.detik
Detik.com sindikasi 
Geek Squad from Best Buy

Get instant online support. We can fix computers, cameras, car technology and more. Talk to us today.
From our sponsors
Studi: Semakin Sering SMS-an, Semakin Buruk Kualitas Tidur
Oct 1st 2013, 12:32

Jakarta, Kehidupan masyarakat saat ini seakan tak bisa jauh dari gadget. Setiap waktu orang-orang selalu menggunakan gadet terutama untuk saling mengirim pesan teks atau chatting, bahkan di malam hari. Menurut studi, kebiasaan ini dalam jangka panjang akan mengganggu kualitas tidur Anda.

Peneliti dari Amerika Serikat percaya hal ini disebabkan oleh rasa 'kebutuhan' untuk membalas pesan tersebut, sehingga orang-orang cenderung tak memedulikan waktu. Selain itu, bunyi ponsel ketika ada pesan teks masuk juga seringkali membuat orang terbangun.

Dr Karla Murdock, peneliti dari Washington Lee University, menemukan bahwa mahasiswa tahun pertama yang mengirimkan pesan teks dalam jumlah banyak memiliki kualitas tidur yang kurang baik, terlepas dari tingkat stres yang mereka alami.

Untuk menemukan teori ini, Dr Karla meminta para mahasiswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait masalah tidur dan masalah emosional mereka. Ia juga meminta para mahasiswa untuk memperkirakan berapa banyak rata-rata pesan teks yang biasa mereka kirim dan mereka terima setiap harinya.

Sementara untuk menilai kualitas tidur siswa, Dr Karla menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index. Ini merupakan instrumen yang digunakan secara luas yang mengukur berbagai aspek kualitas tidur seperti durasi tidur, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tidur lelap, jumlah waktu yang benar-benar digunakan untuk tidur di tempat tidur, gangguan pada waktu malam hari, dan rasa kantuk di siang hari.

Hasilnya, ia menemukan bahwa jumlah pengiriman dan penerimaan pesan teks yang lebih tinggi memiliki hubungan dengan masalah tidur. Ia mencatat bahwa temuan ini memperkuat bukti sebelumnya yang menunjuk pada adanya hubungan langsung antara penggunaan ponsel dan masalah kurang tidur pada remaja dan dewasa muda. Studi ini juga menemukan bahwa pesan teks sering dikaitkan dengan munculnya konflik atau stres dalam hubungan persahabatan.

"Temuan korelasional ini memberikan indikasi awal bahwa kecanduan saling mengirim pesan teks bisa menjadi masalah yang memicu stres. Meskipun spekulatif, dapat dikatakan bahwa pesan teks adalah metode komunikasi yang kurang cocok untuk untuk mengatasi masalah dengan orang terdekat. Justru hanya akan menambah efek stres," ujar Dr Karla, seperti dilansir Daily Mail, Selasa (1/10/2013).

Dr Karla mencontohkan bahasa pesan teks yang cenderung disingkat tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan komunikasi sebaik jika sedang berbicara tatap muka. Sebab dalam pesan teks tidak bisa diperkirakan intonasi ucapan dan bahasa non-verbal lainnya.

"Intinya, pesan teks justru dapat menimbulkan kesalahpahaman dan interaksi yang tak produktif selama periode stres," terang Dr Karla.

(ajg/vit)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends:

Media files:
193415_193640_193056_gadgetbed.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions