Pages

Rabu, 30 Oktober 2013

health.detik
Detik.com sindikasi 
Manage your social media

Best social media tool for image publishing to Facebook and Twitter. Look amazing and delight your followers. Get 40% off when you sign up today.
From our sponsors
Stop Makan Fast Food dan Merokok, Pria Ini Berhasil Pangkas Bobot 71 Kg
Oct 30th 2013, 03:33

Jakarta - Fast food atau makanan cepat saji memang memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan sayuran, tak heran banyak orang enggan untuk meninggalkannya meski ingin diet. Namun bagi Tommy Smith (36), makanan tersebut merupakan target utama yang wajib ia hindari. Benar saja, bobotnya berhasil turun 71 kg.

"Saya akui memang sudah berbakat gemuk sejak kecil. Saya bahkan selalu jadi dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman sekolah. Kini bobot saya sudah mencapai 166 kg dan saya terbiasa merokok 2 bungkus rokok per hari," ujar Tommy, seperti dilansir Huffington Post, Rabu (30/10/2013).

Tommy juga mengakui bahwa ia memiliki kebiasaan buruk lain seperti hanya mau makan makanan cepat saji, dengan menu dua burger, dua kentang goreng ukuran besar, dan empat pai apel. Ia mengaku masih merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya dan belum menemukan gangguan apapun, hingga suatu hari tiba-tiba ia merasa seperti 'tertampar'.

"Malam itu, saya sedang tidur-tiduran di rumah dan terpikir untuk mengambil es krim kemasan besar di kulkas. Tapi tidak tahu mengapa tiba-tiba saya merasa seperti tersadar dan merasa sangat bersalah. Sejak saat itu, saya bertekad untuk memperbaiki hidup saya," tutur Tommy.

Laki-laki dengan tinggi badan 190 cm ini kemudian memutuskan bahwa langkah pertamanya untuk menurunkan berat badan adalah dengan berhenti mengonsumsi makanan cepat saji, secara total. Ia tidak ingin melakukan diet ekstrem dan hanya ingin membuang terlebih dahulu kebiasaan-kebiasaan buruknya. Setelah berhasil membiasakan diri tidak makan makanan cepat saji, ia kemudian mulai memilih-milih makanan yang dibeli di supermarket.

Tommy banyak membeli sayuran dan buah-buahan dan tidak lagi membeli makanan tak sehat seperti makanan instan, es krim, dan camilan lainnya. Alhasil, bobot Tommy saat itu berhasil turun menjadi 111 kg. Sadar masih butuh usaha lebih untuk membuat bobotnya menjadi ideal, ia pun mencoba untuk berolahraga.

"Kebetulan teman sekamar saya adalah seorang pelari. Ia kemudian mengajak saya untuk ikut berlari sejauh 5 km. Sangat sulit, saya yang perokok berat merasa sulit mengatur napas. Tak ingin setengah-setengah, saya kemudian memutuskan untuk berhenti merokok juga. Dengan begitu, saya bisa lebih mudah menyelesaikan target jarak berlari," terang Tommy.

Kini meskipun denagn rutin berlari bobotnya sudah turun sebanyak 71 kg menjadi 95 kg, Tommy tak ingin lantas berhenti berusaha. Ia tetap menerapkan kebiasaannya untuk tidak mengonsumsi makanan cepat saji dan memperbanyak sayur serta buah. Ia juga masih sering berlari jarak jauh bersama teman-temannya.

"Sekarang saya juga aktif belajar di sebuah universitas lokal dengan jurusan ilmu olahraga. Tujuan saya kini adalah lulus dan mendapatkan gelar master di bidang olahraga. Saya berharap pada akhirnya dengan ilmu yang saya dapat, saya bisa membantu orang lain untuk bisa menurunkan berat badan. Dengan tetap berlari, saya akan menjadikan diri saya sendiri sebagai contoh," tegas Tommy.

(ajg/vit)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends:

Media files:
103102_after.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions