INTI dari masalah kependudukan adalah memahami wawasan kependudukan dan kesehatan reproduksi. Hal ini disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK.
Menurutnya, memahami masalah kependudukan perlu upaya kepada masyarakat berusia 15-24 tahun yang belum menikah mengenai wawasan kependudukan dan kesehatan reproduksi. Hal ini agar mereka mulai berpikir bagaimana merencanakan keluarganya ke depan.
Selanjutnya, bagaimana kualitas anak-anak yang akan dilahirkan dalam konteks pilihan jumlah yang rasional. Kepala BKKBN memastikan siap mendampingi kapan pun mereka membutuhkan pelayanan.
"Misalnya, ada yang ingin punya anak terlebih dahulu, kita akan berikan bantuan terhadap pengasuhannya, yaitu bagaimana menjadi orangtua yang canggih untuk anak-anak balita mereka. Kemudian jika mereka sudah punya dua anak, kiat-kiat apa lagi yang akan kita berikan," tambahn Prof.dr. Fasli Jalal, Ph.D, SpGK di Gedung BKKBN Pusat, Jakarta Timur, Kamis (17/10/2013).
Jadi, menurutnya, BKKBN akan bekerja sama dengan pihak lain untuk memberikan wawasan, bagaimana dua juta calon pengantin mempunyai informasi awal rencana mereka akan berkeluarga.
"Kemudian, kita akan konsentrasikan kepada pasangan muda yang anaknya sekitar satu atau dua. Kalau kita fokus pada mereka ini, mudah-mudahan kita menghasilkan angka kelahiran total/ TFR (
Total Fertility Rate) yang lebih kecil, tetapi berkualitas," tutupnya.
(tty) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: