Pages

Senin, 04 Agustus 2014

Berita Dunia Kesehatan Terbaru, Tips Posisi Seks, Cara Diet Sehat
Berita Kesehatan Liputan6.com menyajikan kabar terbaru dunia kesehatan, tips hidup sehat, cara diet alami hingga posisi gaya seks terpopuler 
Disney Gifts for Everyone

Find the perfect gift for your family and friends at the Disney store. Explore merchandise of all your favorite characters.
From our sponsors
Digaruk, Tahi Lalat si Kakek Berubah Jadi Kanker
Aug 4th 2014, 01:00, by Fitri Syarifah

Kakek asal Desa Leuwi kidang-Majalengka, Jawa Barat, Kodir (70) ini memiliki tahi lalat yang tumbuh menjadi kanker sejak 2008 silam

Tahi lalat atau dalam istilah medis disebut juga nevus pigmentosus ternyata tak selamanya merupakan pemanis wajah. Pada 
beberapa kasus, tanda kehitaman kecil yang ada di beberapa bagian tubuh termasuk wajah ini bisa menjadi kanker kulit ganas atau melanoma maligna.

Seperti yang dialami seorang kakek asal Desa Leuwi kidang-Majalengka, Jawa Barat, Kodir (70). Ia memiliki tahi lalat yang tidak biasa sejak 2008 silam. Tak seperti tahi lalat kebanyakan, setitik tanda hitam yang ada di sebelah kanan hidungnya tersebut terus menerus gatal dan memicu untuk terus digaruk.

"Tahi lalatnya juga kecil paling nggak sampai 2 sentimeter. Gatal aja, jadi digaruk terus dan berdarah," kata anak ke 7 dari 10 bersaudara tersebut pada Liputan6.com, Sabtu (2/8/2014).

Menurut Kodir, luka pada hidungnya semakin parah hingga pada 2012 ia memeriksakan diri ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Disana, Ia melakukan sejumlah pemeriksaan kesehatan mulai dari rontgen, periksa darah dan sebagainya. Hasilnya, Kodir divonis dua penyakit sekaligus. Kanker kulit ganas serta tuberkulosis.

"Ketika itu, dokter di Hasan Sadikin tidak bisa berbuat banyak pada luka di hidung saya. Karena saat itu juga pemeriksaan laboratorium menunjukkan saya menderita tuberkulosis. Kata dokter, saya harus menyembuhkan TB dahulu baru kanker ini bisa diangkat," ujarnya memelas.

Kodir memang bukan golongan orang mampu. Sehari-hari, hidupnya hanya mengandalkan hasil tani. Untuk berobat, ia masih mengandalkan sistem jaminan kesehatan masyarakat alias Jamkesmas. Sedangkan anaknya, bertaruh hidup di ibukota sebagai pedagang kaki lima yang menjual kopi dan mi instan.

Meski begitu, Kodir tinggal bersama sang istri, Aah yang setia mendampinginya. Aah lah yang mengantar Kodir mulai berobat TB 
di RS Cideres sejak bulan lalu. Menurut dokter, Kodir harus minum obat selama 6 bulan agar penyakit TBnya sembuh. Itupun dengan catatan, obatnya harus habis tanpa boleh ada yang terlupakan setiap hari.

Kini, Kodir hanya bisa menunggu kesembuhan TBnya. Sementara setiap hari kanker terus menggerogoti hidungnya hingga terlihat lubang sampai tulang rawannya.

Kodir mengungkapkan, saat mengonsumsi beberapa jenis makanan tertentu seperti ikan, daging ayam atau kacang-kacangan, luka kankernya terasa basah dan sangat tidak nyaman. Disamping itu, dokter menyarankan Kodir untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari dan memegang hidungnya karena sinar matahari dapat memperparah kondisinya.

Dihubungi terpisah, ahli radiologi onkologi RS Dharmais, dr. Fielda Djuita Sp. Rad (K) Onk Rad mengatakan, kondisi Kodir bisa lebih buruk karena penyakit TB yang dialaminya.

"Melanoma Maligna cepat sekali menyebarnya. Tapi kalau menderita TB juga, pengobatannya lama," ujarnya singkat.

(Gabriel Abdi Susanto)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
Kodir.jpg
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions