Jakarta, Sejak Februari 2014, sudah ratusan orang di Afrika tewas karena ebola. Kekhawatiran meluas setelah 2 orang warga Amerika Serikat juga tertular virus tersebut. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia turut mengantisipasi.
"Untuk Indonesia, saya selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) sudah menyiapkan laboratorium kami untuk dapat memeriksa ebola, kalau memang diperlukan," kata Kepala Balitbangkes Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, dalam emailnya kepada wartawan, Senin (4/8/2014).
Prof Tjandra menjelaskan, untuk pemeriksaan ebola Balitbangkes akan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di laboratorium BSL 3 (Bio Safety Level 3). Alat, petugas, dan prosedurnya diklaim sudah lengkap untuk melakukan pemeriksaan tersebut.
Dijelaskan, ada 6 metode yang digunakan untuk mendeteksi virus ebola spesies apapun. Keenam metoda yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
2. Antigen detection tests
3. Serum neutralization test
4. Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
5. Electron microscopy
6. Evirus isolation dengan cell culture.
Terkait dengan penanganan virus ebola dalam penerbangan, CDC (Center of Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat juga telah mengeluarkan pedoman. Isinya mencakup 8 poin, termasuk di antaranya prosedur penaganan bila ada dugaan kaus di pesawat.
(up/up)