Jakarta, Virus Ebola yang mewabah di Afrika bagian barat membunuh kurang lebih 650 orang dengan jumlah kasus lebih dari 1.200. Memang sampai saat ini baru tiga negara Afrika yang terkena dampaknya, yakni Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Namun apakah itu berarti negara-negara Asia termasuk Indonesia terbebas dari Ebola?
Dalam keterangan tertulis yang diperoleh detikHealth, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) RI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa meski saat ini membuat heboh di Afrika, virus Ebola sebenarnya juga sudah pernah masuk ke Asia.
Dijelaskannya bahwa ada 5 spesies virus dari Genus Ebola yakni Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV) dan Taï Forest ebolavirus (TAFV). Virus yang menewaskan ratusan orang di Afrika bagian barat tersebut dikatakannya termasuk genus BDBV, EBOV, dan SUDV.
Sementara itu di Asia, genus yang ditemukan hanyalah RESTV. Prof Tjandra mengatakan bahwa virus ebola genus tersebut bahkan sudah di temukan di Filipina dan Tiongkok. Lalu, apakah wabah ebola juga akan menyerang negara-negara Asia?
"Jenis spesies RESTV memang ditemukan di Philippines dan People's Republic of China. Jenis spesies ebola ini memang mungkin saja menginfeksi manusia tapi sejauh ini tidak menimbulkan kesakitan dan kematian," tutur Prof Tjandra seperti ditulis Jumat, (1/8/2014).
Ebola memang sempat mewabah di Filipina pada tahun 1980-an dan 1990-an, namun bukan menyerang manusia. Saat itu, ebola di Filipina menyerang jenis monyet macaque monkeys (Macaca fascicularis). Selain monyet, virus ebola yang ada di Tiongkok pun sempat pula ditemukan pada babi.
Jika menyerang binatang, bukan tak mungkin cepat atau lambat virus tersebut akan hinggap pula di tubuh manusia, terutama pekerja yang sering berhubungan dengan binatang-binatang tersebut. Jika sudah seperti itu, apakah nantinya dapat menyebabkan kematian?
"Data di kedua negara itu menunjukkan bahwa para pekerja yang berhubungan langsung dengan monyet dan babi yang terinfeksi RESTV ternyata dapat juga kemasukan virus ebola RESTV di tubuhnya, hanya mereka praktis tanpa gejala, sehat-sehat saja," sambung Prof Tjandra lagi.
Namun ia tidak memungkiri bahwa memang masih diperlukan penelitian dan data lebih lanjut soal hal tersebut. Beberapa fokus penelitian ebola RESTV menurut Prof Tjandra adalah penularan pada orang dengan daya tahan tubuh rendah, gangguan imunologis, anak-anak dan wanita hamil.
(up/up)