Jakarta, Kanker serviks masih jadi top 5 pembunuh wanita di penjuru dunia. Namun untuk mencegahnya tak cukup hanya dengan memberikan vaksin HPV (Human Papilloma Virus) secara rutin karena vaksin saja takkan membuat wanita merasa 'aman'.
"Walaupun vaksin HPV menurunkan angka terjadinya kanker serviks secara bermakna, bukan berarti pasti tidak terkena kanker serviks. Walaupun sudah pernah dilakukan vaksin HPV, tetap mempunyai kemungkinan terkena kanker serviks walaupun kecil. Sehingga seseorang yang sudah dilakukan vaksin HPV tetap harus pap smear rutin," terang dr Hari Nugroho, SpOG dari RSUD Dr Soetomo Surabaya ketika dihubungi detikHealth dan ditulis Rabu (18/6/2014).
Hal serupa juga diungkapkan dr Nurdadi Saleh, SpOG, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). dr Nurdadi menegaskan meskipun sudah rutin melakukan vaksinasi HPV, bukan berarti seorang wanita bebas untuk tidak melakukan pap smear.
"Tetap perlu. Kenapa? Karena ada bagian lain seperti ovarium dan indung telur, yang juga berisiko kanker," ungkap dr Nurdadi ketika ditemui dalam seminar awam Kanker Serviks beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan yang sama, dr Andi Darma Putra, SpOG(K) juga menuturkan vaksinasi hanya melindungi wanita dari virus HPV tertentu, seperti HPV tipe 6, 11, 16 dan 18. Padahal ada banyak lagi jenis virus HPV lainnya.
Sebaliknya, rajin pap smear pun tidak berarti seorang wanita benar-benar terhindar dari kanker serviks atau mulut rahim.
"Prinsipnya papsmear itu bukan mencegah, tapi mendeteksi. Berarti kalau sudah rajin papsmear tetap kena, ya sudah ada virusnya," tegas dr Nurdadi.
Setidaknya para pakar sepakat pap smear berfungsi untuk mendeteksi adanya risiko kanker serviks sejak dini. Sehingga bila muncul reaksi pra-kanker, maka dokter akan lebih cepat melakukan tindakan penanganan dan kemungkinan untuk sembuh juga lebih besar.
"Beda efeknya kalau tidak pernah papsmear, kemungkinan diatasi sejak dini jadi kecil," papar dr Nurdadi.
(
lil/up)