Jakarta, Nyeri pada tubuh memang tidak nyaman. Sebagian besar masyarakat lebih memilih melakukan pengobatan sendiri, dengan tidak berkonsultasi dulu kepada dokter. Namun ternyata hal itu bisa berbahaya. Mengapa?
Sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan obat-obat warung jika merasakan nyeri. Paracetamol untuk pusing, balsem untuk nyeri pada otot, atau koyo untuk leher atau punggung. Prof Dr dr Angela BM Tulaar SpRM mengatakan hal itu bisa berbahaya.
"Penyebab nyeri itu macam-macam. Harus didiagnosis dengan benar baru diberikan obatnya," ujarnya pada acara Semiloka Life Without Pain di Gedung Cimandiri One, Cikini, Jakarta, Sabtu (14/12/2013)
Ia juga mengatakan tidak ada gunanya meminum obat penghilang nyeri. Karena jika penyebabnya tidak diketahui dengan benar, maka nyeri itu bisa datang lagi di kemudian hari.
Dalam acara yang sama, Prof dr H. A. Aziz Rani, SpPD KGen menjelaskan terdapat dua kelompok umum nyeri yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. "Nyeri akut adalah nyeri yang disertai rasa sakit secara tiba-tiba, serta terpusat di satu titik. Sementara nyeri kronis adalah nyeri yang tidak terlalu sakit, namun sering terjadi dan berlangsung secara lama," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa nyeri akut rata-rata terjadi selama 30 menit, dan frekuensi terjadinya kurang dari 15 kali setiap bulannya. Sementara nyeri kronis terjadi selama 2-4 jam, dengan prekeuan lebih dari 15 tiap bulannya.
Prof Aziz juga menyampaikan pentingnya edukasi tentang nyeri kepada pasien. Dengan demikian pasien akan mengetahui penyebab rasa nyerinya, serta tahu cara-cara mengurangi nyeri tanpa obat.
"Sebagai dokter, harus tahu seberapa parah nyerinya pasien. Jangan nyeri sedikit tapi langsung diberi obat paling mahal," pesannya kepada rekan-rekannya sesama dokter.
(vit/up)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.