Pages

Sabtu, 26 Oktober 2013

Sindikasi health.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal Health 
Compare Hotels

Find great prices for amazing hotels wherever your next destination may be. It's simple to search 100+ sites at once!
From our sponsors
Solusi Anak Susah Makan
Oct 26th 2013, 11:38

WAJAR apabila anak Anda, terutama pada usia balita, masih pilih-pilih makanan. Namun, hal itu jangan dibiarkan terlalu lama karena anak akan rentan kekurangan gizi dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya kelak.

Banyak orangtua yang mengeluh anaknya susah makan, terutama ketika disuguhi sayur dan buah-buahan. Segala cara mungkin sudah dilakukan, mulai dari mengganti menu, mengajak anak makan sambil berjalan-jalan, hingga imingiming hadiah bila si buah hati mau makan. Namun, kenyataannya tetap saja nol besar. Si kecil sulit makan sebenarnya adalah sebuah proses normal karena semakin tinggi kemampuan berpikir anak sehingga dia mulai membuat pilihan-pilihan.

Namun harap diingat, asupan makanan sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan anak. Mikronutrien yang banyak dikandung buah-buahan dan sayur-mayur misalnya, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, dan kognitif anak. Maka dari itu, apabila anak susah makan, kecenderungan anak mengalami kekurangan gizi, energi, dan nutrisi untuk tumbuh kembangnya akan semakin besar.

Dampaknya pun kini mulai terasa. Hasil penelitian Nutriplanet yang sejalan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007 menunjukkan, 27,7% anak Indonesia usia 1–4 tahun menderita anemia. Itu dikarenakan kekurangan zat besi yang mengakibatkan pertumbuhan dan pencapaian kognitifnya tidak optimal. Selain itu, terdapat 36,8% anak Indonesia usia 1–5 tahun yang mengalami stunting, yaitu gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan anak tumbuh pendek.

Salah satu penyebabnya adalah kekurangan mikronutrien. Pakar gizi medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) DR Dr Saptawati Bardosono MSc mengatakan, pada usia balita, anak mengalami perubahan pola makan. Pada usia 1–2 tahun misalnya, merupakan masa transisi antara bayi dan anak. Pada masa itu terjadi penurunan kecepatan tumbuh yang dramatis sehingga anak tidak tertarik untuk makan.

Sementara pada akhir usia satu tahun, anak minum sendiri dari gelas dan mulai makan bersama keluarga dengan porsi kecil. Sekitar usia 15 bulan, anak mulai memilih makanan untuk menunjukkan kebebasan dan otonominya. Sementara pada usia dua tahun, anak sudah bisa makan sendiri dan bebas mencari makanannya sendiri. Untuk tumbuh kembang dan aktivitas fisiknya, anak 1–3 tahun membutuhkan sekitar 1.200 kkal/hari.

"Hal yang harus diingat, pedoman waktu makan anak adalah rasa lapar, bukan jadwal makan orang dewasa. Jadi, kalau dia merasa lapar, pasti dia akan meminta makan," ujarnya dalam acara peluncuran Bebelac Complete Fruits and Veggies persembahan PT Nutricia Indonesia Sejahtera di The Ritz Carlton, Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Saptawati, anak yang tidak berselera makan akan berisiko kekurangan asupan nutrisi penting bagi pertumbuhannya.

Meski berat badannya tidak turun secara drastis, dikhawatirkan dia mengalami gangguan pencernaan dan gangguan imunitas yang bisa berdampak buruk hingga menimbulkan kematian. Data WHO pada 2005 menunjukkan, sekira 55% anak balita di dunia meninggal akibat kekurangan gizi. "Terutama di daerah-daerah terpencil dan kurangnya pengetahuan masyarakat soal zat gizi.

Di Indonesia, contohnya Papua dan NTT," tuturnya. Untuk mengatasinya, lanjut dia, Anda perlu mengetahui penyebab anak sulit makan. Apakah anak sedang sakit atau tidak. Jika tidak, mungkin respons Anda kurang tepat terhadap perubahan pola makan Anak. Bisa jadi karena masalah psikologis, misalnya anak Anda sedang merasa sedih. Ellyn Satter Theory menyebutkan, seorang pengasuh (gatekeeper), termasuk orangtua, yang menentukan makanan yang dihidangkan.

Namun, anak sendiri yang menentukan apa akan makan dan berapa banyak yang dimakan. Anak akan mengembangkan regulasi asupan makanannya sendiri. "Karena itu, bila Anda atau pengasuh memaksa untuk makan atau melarang makan, maka anak tidak dapat mengembangkan ukuran rasa kenyangnya," tutur Saptawati. Saptawati menyarankan, secara bertahap perkenalkan tekstur makanan baru.

Selain itu, perkenalkan makanan secara individual, sebelum campurannya. Perkenalkan juga makanan baru pada saat anak paling bisa menerima makanan, misalnya pagi hari ketika anak sudah cukup istirahat. Jangan pada sore hari saat anak sudah lelah. Adapun yang juga penting, bersabar saat anak belajar makan sendiri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Ciptakan suasana makan yang nyaman. (ind)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends:

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions