Jakarta, Saraf memilikì peran penting pada tubuh, kinerja pada tubuh umumnya melibatkan saraf contohnya seperti indra dan gerakan tubuh. Kerusakan pada bagian ini dapat berdampak luas pada kesehatan seseorang.
Penyakit kerusakan saraf atau yang disebut juga neuropati dapat muncul akibat penuaan, komplikasi penyakit, dan trauma.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh MarkPlus Insight, 2014 pada 600 responden di enam kota di Indonesia menemukan bahwa lebih dari 50 persen gejala neuropati muncul pada responden. Neuropati merupakan istilah untuk sejenis gangguan saraf.
Gejala neuropati yang dirasakan oleh penderita seperti rasa baal, nyeri, mati rasa, kram, kaku-kaku, kesemutan, rasa terbakar, kulit hipersensitif, kulit mengkilap tidak wajar, rambut rontok pada area tertentu, kelemahan tubuh dan anggota gerak, serta atrofi otot atau otot mengecil.
Dari hasil penelitian, gejala tersebut dipicu oleh aktivitas dengan gerakan berulang yang dapat memicu trauma dan angka penderita cenderung lebih tinggi di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Ditemui pada workshop Neurobion di Plasa fX Senayan, Kamis (5/6/2014), dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) dari PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia) mengatakan bahwa keluhan tersebut menunjukan seberapa parah kerusakan sarafnya.
"Contohnya gerakan mengetik komputer yang sudah menjadi keseharian terutama bagi pekerja kantor, gerakan berulang ke atas dan ke bawah pada pergelangan dapat menyebabkan tendon di pergelangan mengalami peradangan dan akhirnya menekan saraf di pergelangan. Keluhan yang terjadi adalah kesemutan, kebas, nyeri, serta rasa lemas pada pergelangan yang jika berlangsung lama dapat beresiko kelumpuhan," terang dokter yg akran disapa Dr Luthy ini.
Dr Luthy melanjutkan, masyarakat kota besar rentan mengalami trauma pada saraf karena aktivitas seperti texting di gadget, berkendara, duduk lama, mengetik di komputer, main games, mengenakan sepatu hak, dan aktivitas dengan gerakan berulang lainnya.
(up/up)