SIAPA sangka jika perancang ternama Harry Darsono adalah penyandang ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder. Namun justru karena itulah, pria bergelar doktor tersebut menemukan bakat terbesarnya.
Sejak kecil, Harry memang kerap memiliki masalah dengan perilakunya. Bahkan beberapa kali harus keluar masuk sekolah. Namun seiring perjalanannya, pria yang kini berusia 63 tahun tersebut kini menjadi salah satu perancang yang sukses baik nasional ataupun internasional.
Awal mula bakat Harry ditemukan saat memulai terapi di Perancis. Saat itu ada beberapa terapi yang dilakukan. Namun, secara keseluruhan lebih ditekankan pada penggalian bakat.
"Akhirnya saya punya terapi. Salah satu terapis, menitipkan kepompong sutra ke tangan saya, sedikit tapi sutra itu halus dan bisa kena syaraf raba. Saya bisa terhipnotis 4 menit. Mereka menuntun saya dan itu (kepompong) ditarik-tarik," terang pria yang sempat menjadi warga negara Inggris itu.
"Saya diajarkan ke alat pintal, pada saat memutar, mata saya bisa melotot dan hampir tidak berkedip. Waktu saya pegang jarum, i love it. Padahal, biasanya pegang besi sepeda teman saya dalam 10 menit jadi bangkai, jadi alkalinenya begitu kuat," ungkapnya.
Dengan benang dan jarum tersebut, akhirnya berbagai karya dihasilkan. Bahkan karya tersebut masih bisa dilihat di museum pribadinya. Tidak hanya busana atau kostum, tapi juga lukisan, patung ataupun interior seperti kursi ataupun piano.
"Mereka kasih jarum dan benang. Saya buat bundelan dari ujung benang. Saya bikin ribuan dan itu di lukisan. Saya juga senang sekali dengan logam dan memahat," tutupngnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.