Kompas.com - Bukan rahasia lagi jika cat kuku dan berbagai teknik menghias kuku lainnya kini sedang booming. Apresiasi wanita yang sangat besar terhadap tren pewarnaan kuku ini membuat berbagai koleksi warna baru selalu laris terjual dan salon-salon khusus kuku kini tumbuh subur.
Tetapi kegemaran kaum hawa terhadap seni menghias kuku ini ternyata menyimpan banyak fakta menarik. Hal tersebut terungkap dalam sebuah survei yang diadakan oleh The Beauty Company terhadap 3.800 wanita berusia 16-69 tahun mengenai kebiasaan membeli cat kuku.
Berbeda dengan tren kembali ke alam yang sekarang ini banyak diadopsi berbagai perusahaan kosmetik, ternyata dalam hal cat kuku kebanyakan konsumen tidak terlalu peduli apakah produk mereka mengandung bahan alami atau tidak.
Sebanyak 45 persen responden menjawab kandungan toksin dalam produk memang menjadi kekhawatiran mereka, tetapi hanya 30 persen yang memilih produk organik dan alami saat membeli cat kuku.
Mereka juga tak peduli dengan penemuan-penemuan bersifat ilmiah dan "advanced formula" dalam cat kuku. Yang lebih menjadi pertimbangan dalam membeli adalah produk cat kuku yang bisa menempel awet saat dipakai.
Kepopuleran media sosial juga membuat kita lebih mudah memamerkan kreasi kuku dengan hiasan yang menawan. Belakangan ini foto-foto nail art merajai Pinterest.
Tetapi kebanyakan hanya suka melihat foto-foto tersebut dan tak tertarik mencobanya. Hanya 30 persen responden yang benar-benar mencoba nail art atau mencoba mencampurkan berbagai warna cat kuku. Mungkin sisanya lebih suka jika nail-artist yang melakukannya.
Dan tidak mengejutkan, meski banyak warna baru diperkenalkan, mayoritas wanita lebih menyukai warna-warna tradisional. Hampir 75 persen responden lebih memilih warna merah atau pink sebagai warna cat kuku mereka. Sementara itu dalam hal nail-art, sebanyak 74 responden pernah mencoba gaya old French ketimbang seni menghias kuku lainnya.
Untuk merk cat kuku, ternyata ada 5 produk yang menjadi favorit, yakni OPI, Revlon, Sally Hansen, Essie, dan L'Oreal.
Sumber :
Editor :
Lusia Kus Anna
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: