Dapatkan momen terbaik saat memotret anak (Foto: sheknows) MASIH ingatkah bagaimana wajah polos atau posisi tidur si kecil kala tidur? Atau ekspresi lucu saat dia tertawa dan memamerkan kedua giginya yang baru tumbuh? Atau bahkan waktu mulut mungilnya yang belepotan bubur susu saat dia mulai mengenal MPASI?
Ya, momen-momen di atas mungkin masih melekat dalam ingatan Moms sebagai orangtua. Namun, bagaimana dengan orang lain yang tidak menyaksikan kejadian itu atau sekadar mendengar cerita dari Anda?
Hmmm...mungkin bila Anda mengabadikannya lewat 'jepretan' kamera–minimal kamera ponsel-, kejadian tersebut akan lebih berkesan. Bukan hanya bagi orang lain, si kecil pun kelak ketika dewasa dapat melihat foto dirinya saat masih bayi.
Memang, tak selamanya foto yang kita abadikan berhasil dengan baik. Bahkan, ada pula yang mengalami kesulitan dalam membidik si kecil kala dia tersenyum. Apalagi, bila bayi Moms tergolong anak yang sulit tersenyum. Wah mesti ekstra sabar.
Nah, mau tahu triknya? Aji Bonn, Portraiture Photographer sekaligus Executive Director of TeMA Productions (PT. Kreasi Tema Indonesia), yang membawahi Kodok Ijo Kids Photography, akan mengajarkan Anda untuk menjadi fotografer andal bagi si kecil.
Kamera dan Pengaturan
Sebenarnya, memotret si kecil itu gampang-gampang susah. Meski dia memiliki sejuta ekspresi dan gerakan-gerakan yang bagus, Anda harus ekstra sabar menunggunya. Bergeraklah sigap dan cepat untuk memotret bayi karena dia bisa bergerak dengan cepat.
Tetapi Anda juga harus sabar, dalam arti siap menunggu momen terbaik. Pegang terus kamera dan 'intip' terus bayi dari lubang kamera, tunggu sampai dia beraksi. Bila ada adegan bagus, jepret sebanyak-banyaknya. Jangan pelit mengambil gambar karena dengan teknologi kamera digital, Anda tidak perlu memerhitungkan jumlah film, bukan?
Nah, ketika memotret si kecil sebaiknya gunakan kamera yang dapat dengan cepat menangkap momen–memiliki kemampuan auto fokus yang cepat. Jika Moms ingin menghasilkan foto-foto si kecil yang bagus, sebaiknya gunakan kamera jenis DSLR (Digital Single-Lens Reflex). Kenapa harus DSLR? Karena kamera jenis tersebut memiliki keunggulan, diantaranya:
• Kamera DSLR mampu mengabadikan adegan dengan cepat dan tanpa jeda. Ini tidak seperti kamera digital pocket yang saat tombol kameranya dipencet, terjadi jeda waktu sepersekian detik sebelum gambar diambil (shutter lag). Kemungkinan besar, Anda akan kehilangan momen bagus yang hendak dibidik, karena bayi sudah mengubah gerak atau ekspresinya.
• Kamera DSLR lebih unggul dalam pencahayaan karena memiliki ASA/ISO atau tingkat kepekaan tinggi. Saat memotret di dalam ruangan, ASA/ISO bisa dinaikkan sampai 6400 agar Anda tidak perlu menggunakan flash.
Flash dapat mengganggu bayi karena kilat cahayanya memaksa pupil mata bayi membesar. Jika ingin menggunakan flash di ruangan, nyalakan dulu lampu ruangan sehingga pupil mata bayi membesar untuk menyesuaikan dengan nyala lampu. Dengan begitu, mata bayi telah beradaptasi saat terpapar flash kamera.
Saat memotret di luar ruangan dengan asumsi cahaya banyak, turunkan kembali ASA/ISO. Kerugian lain menggunakan flash adalah, jika digunakan di dalam ruangan dapat membuat hasil foto tampak flat atau datar. Jadi, pertimbangkan betul jika ingin menggunakan flash.
• Kini, teknologi kamera DSLR sudah maju dan harganya terjangkau. Selain memiliki sensor gambar, karakter dan kontras warna lebih bagus, sehingga memotret jadi semakin menyenangkan.
• Kamera DSLR model terbaru memiliki ASA hingga 32.000 sehingga sanggup menghasilkan gambar yang sangat berkualitas. Untuk foto dokumentasi keluarga, ASA/ISO 6400 cukup dalam menghasilkan gambar ukuran 5R.
Selain jenis kamera, yang perlu diperhatikan juga pengaturannya. Gunakanlah pengaturan manual, bukan auto dan pastikan shutter tinggi agar bisa menghasilkan gambar-gambar yang freeze (tidak kabur).
Gunakan lensa normal hingga medium tele. Jangan gunakan lensa wide atau lebar sebab dapat membuat bagian tubuh bayi terdistorsi, misalnya kepala atau kakinya jadi besar.
Angle Memotret
Perlu Moms ketahui, setiap komposisi gambar dan sudut pengambilan gambar (angle) adalah baik. Seringkali persepsilah yang 'melahirkan' bahwa angle-angle tertentu yang terbaik saat mengambil foto si kecil.
Secara garis besar ada lima macam angle saat memotret, yaitu:
- eye level (posisi kamera dan lensa sejajar dengan objek)
- low angle (posisi kamera lebih rendah dari objek foto serta menghadap ke atas dan memberikan kesan kemewahan, kebesaran, atau kekuatan dari sebuah objek)
- high angle (angle ini digunakan untuk menangkap kesan luas dari objek)
- bird eye (memberikan kesan yang luas dalam foto yang kita hasilkan, ibarat penglihatan seekor burung)
- frog eye (posisi kamera bisa saja sejajar dengan tanah. Hal ini biasanya digunakan untuk memotret objek yang posisinya berada di atas tanah)
Selain angle, sebaiknya lihat dulu kemampuan si kecil sudah bisa apa. Misal, bayi usia 11 bulan yang baru belajar berdiri, letakkan kursi atau benda yang dapat membantunya untuk berdiri, kemudian lakukan pemotretan dengan angle bird eye, eye level, atau frog eye.
Terkadang, efek distorsi dari bird eye dan frog eye akan menambah foto terlihat lebih lucu dan menarik. Sebaiknya saat memotret, Anda harus rela berganti posisi seperti berdiri, jongkok, duduk, bahkan tengkurap agar bisa berada di posisi eye level atau sejajar mata bayi, sehingga foto yang didapatkan lebih bagus. (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.