Jakarta, Saat orang terdekat Anda dicurigai mengalami demam berdarah dengue (DBD), trombosit kerap menjadi hal pertama yang menjadi pusat perhatian dari hasil laboratorium. Padahal menurut dokter, hematokrit-lah yang patut diperhatikan.
"Dari semua gejala yang ada, yang paling berbahaya adalah jika darah menjadi pekat (hematokrit)," ungkap Dr dr Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI, dokter spesialis penyakit dalam RSCM, dalam acara 'SOHO #BetterU: Hari Demam Berdarah ASEAN', yang diselenggarakan di Artotel Hotel Thamrin, Jl Sunda, Jakarta, Seperti ditulis Rabu (11/6/2014).
Dijelaskan oleh dr Leonard, di antara pembuluh darah vena dan arteri terdapat pula pembuluh kapiler. Jika pembuluh arteri dan vena terdiri dari empat lapis, maka pembuluh kapiler sangat tipis karena hanya terdiri dari satu lapis. Pembuluh ini juga terdiri atas sel endotel, yang di antaranya terdapat celah.
"Celah ini bisa dimasuki zat berukuran 2 nanometer, seperti air, glukosa dan elektrolit. Kalau ditelusuri, celah tersebut dijaga dua gerbang yaitu tight junction dan adherens junction, yang jika keduanya terbuka maka celahnya makin menganga dan terjadi pelebaran celah," terang dr Leonard.
Jika normalnya hanya bisa dilewati zat berukuran 2 nanometer, maka setelah pelebaran molekul-molekul lain yang ukurannya lebih dari 2 nanometer juga bisa lewat, termasuk plasma darah.
Darah 55 persen terdiri atas plasma (91 persen air, 7 persen protein darah seperti albumin, serta 2 persen nutrisi) dan 45 persen terdiri atas komponen selular (sel darah putih, trombosit dan sel darah merah). "Jika cairan keluar dari pembuluh darah, maka semakin banyak juga air yang keluar. Karena komponen selularnya masih bertahan, akibatnya terjadi pemekatan darah," lanjutnya.
Hal ini membuat cairan darah menjadi pekat dan pada hasil laboratorium akan terlihat peningkatan hematokrit (nilai normal wanita 37-42%; pria 43-48%). dr Leonard menegaskan bahwa efek yang paling berbahaya dan fatal adalah kebocoran plasma.
"Ini yang umumnya bisa menimbulkan pasien bisa sampai masuk ICU, jadi jangan trombosit saja yang diperhatikan. Kebocoran plasma alias keluarnya air dan teman-temannya membuat darah pekat, alirannya pun lambat dan akibatnya suplai oksigen berkurang. Lama-lama membuat jaringan atau sel-sel juga mati," pungkas dr Leonard.
Selain itu, kalau hal ini terus berlangsung maka sel darah putih dan sel darah merah pun bisa keluar, sehingga kadarnya menurun. Keluarnya sel darah merah biasanya terlihat dari munculnya perdarahan di bawah kulit dalam bentuk bintik-bintik, bisa juga melalui mimisan dan gusi berdarah. Nah, trombosit pun melakukan tugasnya dengan berupaya menutup atau menyumpal celah, sehingga jumlahnya turut mengalami penurunan.
(
ajg/up)