POSYANDU dianggap mampu melakukan upaya pemberdayaan keluarga dalam memantau tumbuh kembang anak dan memberikan pola asuh bagi balita. Sayangnya, animo masyarakat terhadap keberadaan Posyandu sangat minim. Hal ini tak berlaku di kota besar saja tapi juga di daerah, salah satunya kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Vita O Maniagala, Kader Posyandu terbaik Gerakan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Peduli TAT (Tumbuh-Aktif-Tanggap) Tingkat Nasional 2013 dari NTT menceritakan bahwa ia perlu berjuang keras untuk membuat Posyandu yang dinaunginya di Kelurahan Kolhua dan Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, tetap berjalan aktif dan menjaga kesehatan anak-anak di sekitar daerah tersebut.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, Vita menggambarkan bahwa Posyandunya cukup terpencil. Posyandu tersebut letaknya di pinggiran kota dan cukup jauh, serta tidak ada angkutan umum. Hanya ada ojek untuk akses menuju Posyandu. Letaknya sendiri berada di lokasi pasar dan berpetak-petak berukuran kira-kira 4x6 meter.
Dengan bangunan sederhana itu, Vita bersama kader-kader lainnya yang berjumlah lima orang melakukan kegiatan Posyandu. Sementara, pada bulan April yang lalu, mereka diundang untuk mengikuti Kelas Kader Posyandu TAT.
"Dari situ kita mulai mengadakan kegiatan Posyandu TAT ini. Dengan segala inovasi yang kita pikirkan, apa yang ingin kami buat, maka kami buat saja. Bersama-sama kami buat, ternyata ada nilai tambahnya dan kegiatan Posyandu ini bisa berjalan dan mendapatkan hasil seperti ini,"ungkapnya.
Sebagai bahan penyuluhan mereka seperti menggunakan leaflet tetapi masih dalam warna hitam-putih. Selanjutnya, dengan disertai bahan penyuluhan tersebut, mereka mengunjungi rumah-rumah bagi mereka yang belum sempat datang ke Posyandu. Dalam kunjungan tersebut mereka melakukan pengukuran lingkar kepala dan tinggi badan bayi.
Setelah melakukan kunjungan ke rumah-rumah, Vita bersama rekan-rekannya mengundang para orangtua untuk mengikuti diskusi kelompok berdasarkan kelompok umur. Selain itu, mereka juga ruitn mengadakan demo masak bersamaan dengan diskusi kelompok.
"Jadi, walaupun kegiatan penimbangan 1 kali sebulan, tetapi ada kegiatan tambahan yang kita adakan dengan dihadiri orangtua dan balita. Awalnya, setiap bulan ibu-ibu yang rutin datang hanya sekira 60-70 orang, tetapi setelah ada kegiatan ini menjadi 80 orang yang berkunjung,"tandasnya.
Selain itu, Vita mengaku kesadaran orang-orang di daerahnya untuk mengunjungi Posyandu sangat tinggi, namun hanya untuk mereka dengan ekonomi menegah ke bawah. Tetapi, untuk orang-orang yang tinggal di perumahan, kesadarannya tidak setinggi mereka yang tinggal di luar perumahan.
"Mungkin mereka yang tinggal di perumahan merasa Posyandu seperti tidak ada arti, mungkin karena mereka bisa mengunjungi dokter pribadi. Tetpi, kalau orangtua yang ekonominya menengah ke bawah itu ketika dipanggil selalu datang berkunjung ke Posyandu,"tutupnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: