MENGETAHUI cara tepat mencegah kanker payudara penting diketahui semua wanita. Pengetahuan yang cukup membuat Anda bisa melakukan tindakan preventif sedini mungkin.
Prof. Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo. Sp.Rad (K), Onk Rad, selaku Kepala Departemen Radioterapi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo menjelaskan secara umum upaya untuk bisa mencegah kanker payudara ialah menjalani gaya hidup sehat, seperti tak mengonsumsi alkohol, menjalani aktivitas yang seimbang, teratur berolahraga, memiliki pola makan sehat dan mengonsumsi banyak buah dan sayuran. Tetapi, secara khusus cara mencegah kanker payudara ada dua, yaitu pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer itu menghindari segala faktor risiko yang erat kaitannya dengan kanker payudara, di antaranya mulai dari faktor hormonal ataupun karena memiliki riwayat keluarga. Menurutnya, bila seseorang memiliki faktor risiko, kondisi itu akan membuatnya rentan mengalami kanker payudara.
"Faktor hormonal yang erat kaitannya kanker payudara terdiri dari haid pada usia sangat muda, monopouse pada usia yang lanjut, wanita yang tidak menyusui anaknya atau melajang, mempunyai anak di usia 30 tahun dan payudara mengalami kelainan seperti adanya benjolan. Dan, wanita yang memiliki riwayat keluarga mengidap kanker payudara," ucapnya saat diwawancarai Okezone, Departemen Radioterapi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, belum lama ini.
Selain itu, tambah dia, pencegahan sekunder kanker payudara ialah wanita melakukan pemeriksaan secara rutin. Cara termudahnya, ia bisa memeriksakan dengan teknik SADARI (periksa payudara sendiri)
"Cara pemeriksaan payudara SADARI efektif bila payudara wanita tidak terlalu besar. Untungnya payudara wanita di Indonesia tidak terlalu besar. Jadi, semua rata-rata menggunakan upaya pencegahan ini," terangnya.
Cara pencegahan sekunder kanker payudara kedua ialah mammografi. Mammografi adalah pemeriksaan menggunakan sinar rontgen dosis rendah, untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini dimana ada aturannya kapan waktu terbaik menggunakannya.
Prof. Soehartati memaparkan bahwa pemakaian mammografi ada aturan pakainya. Hal itu karena ada wanita yang tergolong high risk atau yang tidak. Dimana wanita yang high risk memiliki faktor-faktor risiko mereka disarankan untuk memeriksakan diri lebih dini. Sedangkan, yang tak berisiko tinggi disarankan untuk melakukan mammografi setiap tahun saat umurnya sudah menyentuh 50 tahun. Di samping itu, bisa disertai dengan melakukan USG untuk mendeteksi kanker pada payudara.
"Bagi wanita yang berisiko tinggi, pada usia 40 tahun mereka harus sudah mulai melakukan mammografi. Sedangkan yang tidak high risk, WHO menyarankan pada umur 50 harus melakukan mammografi setiap tahunnya," ucap Prof. Soehartati.
Jadi, terpenting para wanita harus mengenal apakah ia termasuk yang high risk atau tidak. Kalau wanita tergolong high risk, pemeriksaan harus lebih intens lagi, kata Prof Soehartati
Tak sebatas itu, menurut Prof. Soehartati, positive thinking juga penting untuk semua orang, utamanya wanita. Sebab, akan percuma segala upaya gaya hidup sehat jika otaknya tidak positif.
"Setelah bergelut dalam dunia (kanker) puluhan tahun, penting menambahkan positive thinking dalam diri seseorang. Kenapa? Karena kalau otak seseorang tertekan atau stres, kan secara hormonal terangsang terus. Hal itu bisa memicu faktor risiko pada akhirnya," ucapnya
Di samping itu, kurangi pengawet, penyedap, perasa, pewarna atau dengan prinsip 4P. Pasalnya, penyebab kanker tak diketahui secara pasti, dan yang sebenarnya terjadi adanya faktor risiko yang erat kejadiannya dengan kanker, termasuk kanker payudara ini. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.