MENJELANG pernikahan, biasanya calon pengantin akan melakukan prosesi midodareni. Hal ini juga dilakukan oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu saat menikahi Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro.
Prosesi midodareni merupakan malam terakhir masa lajang bagi kedua calon mempelai. Dalam prosesi tersebut, keduanya akan ditemani oleh teman-teman dan para kerabatnya.
Prosesi midodareni sendiri akan dilakukan di Bangsal Kasatriyan untuk calon mempelai pria. Sedangkan untuk calon mempelai wanita, prosesi tersebut akan dilakukan setelah upacara tantingan di Sekar Kedhaton. Selain itu, malam midodareni tersebut juga akan digunakan Sultan Hamengku Buwono X untuk mengunjungi kedua calon mempelai untuk meninjau lokasi dan mengecek kesiapan acara untuk keesokan harinya.
Pada malam midodareni tersebut, Sultan HB X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas, serta para kerabat juga akan menemui calon mempelai pria dan keluarganya di Bangsal Kasatriyan untuk berbincang. Selesai berkunjung dan mengecek persiapan di Bangsal Kasatriyan, mereka kemudian mengunjungi calon mempelai wanita di Sekar Kedhaton. Sama halnya di Bangsa Kasatriyan, Sultan HB X juga akan melihat kesiapan calon mempelai wanita dan ubarampe untuk pernikahan.
Sementara itu, khusus untuk calon mempelai putri, pada malam midodareni tersebut harus tidur setelah pukul 23.00. Hal ini dimaksudkan untuk menanti datangnya bidadari yang akan memberikan kecantikan kepada calon mempelai. Demikian dikutip dari
Kratonwedding.(tty)This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: