SEJAK merebak kabar mengenai penyakit MERS, masyarakat diimbau untuk tidak lengah terhadap kemungkinan penyebaran penyakit ini. Beberapa kasus penyakit pernapasan di Indonesia saat ini belum terbukti benar merupakan kasus MERS (berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI). Meski demikian kita harus tetap waspada!
Sejak April 2012, WHO mendapat laporan terjadinya 254 kasus yang secara laboratorium terinfeksi penyakit MERS. Sebanyak 93 orang diantaranya meninggal dunia. Hingga saat ini negara-negara yang melaporkannya adalah Saudi Arabia, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), dari benua Eropa ; Perancis, Jerman, Yunani, Italia dan Inggris, dari benua Asia; Malaysia dan Filipina.
Penyebab
Menurut dr Darmawan Budi Setyanto, SpA (K), penyakit MERS adalah sindrom/gejala pada saluran napas akibat infeksi yang disebabkan infeksi virus corona tertentu. Oleh sebab itu disebut MERS CoV.
MERS pertama dikenal di negara Timur Tengah. Tepatnya di beberapa negara semenanjung Arab, jenis virus ini awalnya ditemukan pada beberapa hewan seperti kelelawar dan unta. Karena itulah kelelawar dan unta diperkirakan menjadi penyebab transmisi virus ini ke manusia, seperti yang dilaporkan pada kasus-kasus awal di beberapa negara Arab. Studi terakhir di Arab Saudi yang dipublikasi Desember 2013, virus ini ditemukan pada unta hampir 90 persen.
Penyebaran virus ini melalui kontak dengan penderita yang terinfeksi. Sama dengan penularan pada penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) lainnya seperti common cold/selesma, yaitu melalui kontak dengan penderita dan percikan ludah/droplet penderita. Penularan ke berbagai belahan dunia dapat terjadi dengan tingginya arus perpindahan penduduk melalui wisatawan, perjalanan bisnis, jemaah haji/umroh, dan sebagainya. Masa inkubasi/masa tunas yaitu sejak masuknya virus ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala berkisar 5-7 hari.
Gejala
Gejala yang muncul di saat awal biasanya menyerupai gejala ISPA yaitu demam, rasa tidak enak badan, batuk yang produktif, nyeri dada, kemudian diikuti sesak napas (seperti radang paru dan pneumonia). Pada beberapa kasus dapat terjadi gejala diare dan bahkan gagal ginjal. Berkisar 30-60 persen kasus mengalami kematian.
Namun, ada juga yang hanya menyebabkan gejala ISPA ringan. Virus ganas tersebut menyerang saluran napas atas lalu menyerang saluran napas bawah, menyebabkan kerusakan paru-paru, fungsi terganggu sehingga timbul sesak napas, kalau sudah parah dapat menyebabkan kematian.
Terapi
Secara umum, terapi yang diberikan pada penderita adalah bersifat suportif yaitu memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi secara optimal, pemberian oksigen, dan menghindari terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk kondisi pasien. Pemberian antivirus tidak memberikan hasil yang lebih baik. Hingga saat ini belum ada vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi MERS CoV. Tapi persiapan untuk penelitian ke arah tersebut mulai dilakukan. (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.