Jakarta, Ketika sudah memiliki anak, para orang tua seharusnya tahu apa yang dilakukan dan ditunjukkannya akan berdampak pada anaknya tersebut. Ketika para orang tua melakukan sesuatu yang secara langsung ditunjukkan kepada anak, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan berdampak pada kehidupan sang anak kelak.
Seperti dikutip Reuters, Senin (14/4/2014), para peneliti baru-baru ini menemukan bahwa keluarga yang mana sang ayah gemar mengonsumsi alkohol, disebut akan lebih sering memiliki konflik bagi anaknya di dalam rumah tangga dibanding keluarga yang tidak gemar mengonsumsi alkohol.
"Ketergantungan alkohol itu akan berdampak sangat kompleks," tutur Daniel Rounsaville, seorang peneliti dari Meadow's Edge Recovery Center di North Kingston, Rhode Island, Amerika Serikat.
Dalam penemuan ini, para peneliti mengambil sampel dari 67 pasangan yang memiliki anak pada usia 4 hingga 16 tahun yang berada di Massachusetts. Setiap pria dari pasangan tersebut mempunyai masalah dengan ketergantungan pada alkohol. Para pasangan tersebut diminta untuk mengisi kuesioner seputar penelitian.
Tidak hanya keluarga yang memiliki masalah pada ketergantungan alkohol, para peneliti juga meminta kepada 78 keluarga yang tidak ketergantungan alkohol untuk mengisi kuesioner yang sama. Dan ternyata, hasilnya memang sangat berbeda. Anak dari keluarga yang ayahnya ketergantungan pada alkohol diidentifikasikan mempunyai konflik yang lebih sering dibanding anak yang ayahnya bukan seorang alkoholik.
"Efek paling buruk dari ketergantungan alkohol secara umum tidak hanya berdampak pada orang itu saja (alkoholik), melainkan juga berdampak pada keluarga mereka. Tidak heran memang ketika lebih ditemukan banyak konflik dan perdebatan pada keluarga yang anggotanya seorang alkoholik," ungkap Rounsaville.
Anak yang berasal dari sebuah keluarga yang sering mengalami konflik disebut Rounsaville akan lebih mungkin mempunyai perilaku yang cenderung bermasalah. Perilaku tersebut disertakan oleh rasa kemarahan yang kelak akhirnya dapat menyebabkan anak itu juga mengonsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol.
Oleh karena itu, menurut Rounsaville diperlukan penanganan segera agar anak tidak malah terjebak dalam perilaku seperti ayahnya. Penanganan tersebut bisa dilakukan berupa terapi yang berguna untuk mengurangi dan bahkan menghilangkan rasa ketergantungan sang ayah kepada alkohol. Namun, Sheehan Fisher, seorang psikologi dari Universitas Northwestern mengungkapkan bahwa terapi juga harus dilakukan pada seluruh anggota keluarga, bukan hanya sang ayah saja.
"Sebuah upaya terbaik adalah dengan melihat seluruh anggota tersebut sebagai targetnya, bukan hanya sang ayah, karena hal ini juga akan berdampak baik pada kehidupan keluarga tersebut. Hal ini akan menjadi motivator yang besar untuk setiap keluarga," tandas Fisher.
(vta/vit)