Pages

Rabu, 02 April 2014

Berita Dunia Kesehatan Terbaru, Tips Posisi Seks, Cara Diet Sehat
Berita Kesehatan Liputan6.com menyajikan kabar terbaru dunia kesehatan, tips hidup sehat, cara diet alami hingga posisi gaya seks terpopuler 
Disney Gifts for Everyone

Find the perfect gift for your family and friends at the Disney store. Explore merchandise of all your favorite characters.
From our sponsors
Mitos Minuman Bersoda yang Ganggu Kesehatan
Apr 2nd 2014, 10:30, by Aditya Eka Prawira

Liputan6.com, Jakarta Kesehatan gigi, refluks gastroesofagus, dan kanker esofagus (kerongkongan) sering dipersepsikan secara salah oleh masyarakat sebagai dampak buruk dari mengonsumsi minuman berkarbonasi (bersoda). Dari studi literatur yang dilakukan oleh Southest Asian Food and Agricultural Science & Techonology (SEAFAST) Centre terungkap bahwa pendapat itu keliru dan terjadi miss informasi sehingga muncul ketakutan yang kurang ilmiah.

1. Karbonasi dan kesehatan mulut

Hasil riset SEAFAST mengungkapkan, karbonasi tidak dapat dijadikan penyebab utama terjadinya kerusakan gigi. Studi klinis menunjukan, rusaknya enamel gigi lebih disebabkan karena faktor lain dan memudahkan keasaman air liur meningkat dengan cepat, seperti penderita karies atau gigi berlubang.

"pH air liur menurun setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi pada pasien yang memiliki karies. Efek serupa berlaku untuk berbagai makanan dan minuman dengan pH rendah," kata Puspo Edi Giriwono dari SEAFAST Center IPB  dalam diskusi media 'Kupas Fakta Tentang Karbonasi Dalam Minuman Bersama Asrim' di Kembang Goela, Jakarta, Rabu (2/4/2014)

Untuk mengurangi erosi enamel, Puspo Edi menyarankan untuk melakukan beberapa hal seperti konsumsi minuman/makanan pH rendah saat makan besar demi mengurangi keasaman, bilas rongga mulut dengan air putih setelah mengonsumsi makanan asam tinggi, gunakan pasta gigi mengandung flouride, dan menggosok gigi 30-1 jam setelah mengonsumsi pangan pH rendah.

2. Kanker kerongkongan

Temuan terakhir dari hasil penelusuran literatur memusatkan perhatian pada dampak lebih lanjut dari penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), yaitu meningkatnya risiko kanker kerongkongan.

Pakar Gastroenterologi dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEHm, MMB, menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan konsumsi minuman berkarbonasi dengan kanker ini. Faktor dominan lainnya yang berisiko yaitu merokok, obesitas, dan konsumsi alkohol.

"Kanker kerongkongan baru akan terjadi setelah melewati proses panjang selama bertahun-tahun. Tapi, harus diingat juga. Mengonsumsi sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan," kata Dr. Ari menjelaskan.

3. Kesehatan lambung

Penelusuran berbagai artikel ilmia tentang dampak karbonasi terhadap kesehatan saluran pencernaan, tidak ditemukan adanya korelasi antara karbonasi dalam minuman dengan kesehatan saluran pencernaan.

Dr. Ari Fahrial Syam mengatakan, faktor yang menyebabkan penyakit pada saluran cerna sangat kompleks sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa minuman ringan berkarbonasi menyebabkan terjadinya penyakit tersebut.

"Penelitian secara klinis juga memperlihatkan bahwa konsumsi minuman berkarbonasi oleh seseorang dalam kondisi sehat dalam jumlah wajar tidak akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lambung," kata dia menekankan.

(Melly Febrida)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
karbonasi.jpg
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions