BAYI yang dihinggapi bulu kecoa dan tikus rupanya memiliki risiko alergi yang lebih rendah saat tumbuh dewasa. Hal ini seperti diungkapkan dalam sebuah jurnal terbaru
Journal of Allergy and Clinical Immunology.Para peneliti di
Johns Hopkins Children's Center mengumpulkan data dari 467 bayi baru lahir. Mereka melakukan observasi selama tiga tahun dengan memantau tes darah untuk melacak gejala, kadar alergi, dan bakteri di rumah.
Dari penelitian tersebut didapat bahwa anak-anak yang terpapar bulu kucing dan tikus serta kotoran kecoa sebelum satu tahun memiliki tingkat lebih rendah terhadap alergi. Dengan kata lain, ada 41 persen anak-anak yang dibesarkan di rumah dengan bakteri dan kecoa tidak mengalami alergi dan hanya delapan persen yang memiliki alergi.
Temuan ini mendukung salah satu teori kebersihan yang berpendapat bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan bersih lebih rentan mengalami alergi di kemudian hari. Penjelasan di balik teori ini adalah kurangnya paparan agen infeksi selama masa anak-anak menyebabkan perkembangan yang buruk bagi sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, sistem kekebalan tubuh mereka jadi tidak harus bekerja keras untuk melawan penyakit. Alhasil, respon imunnya terhadap alergi pun jadi lemah.
Para peneliti mencatat hasil penelitian menunjukan paparan lingkungan ini sangat signifikan, khususnya untuk anak yang baru lahir.
"Studi kami menunjukan bahwa paparan kotoran rumah tangga saat anak baru lahir mungkin memang penting," kata Dr Robert Wood, Kepala Divisi Alergi dan Imunologi di Johns Hopkins Children's Center seperti dilansir Foxnews.
"Apa yang bisa dijelaskan dalam temuan kami ialah, kekebalan tubuh anak tidak hanya dibentuk dalam satu tahun. Tetapi juga bakteri dan alergi tertentu berperan penting dalam merangsang dan melatih sistem kekebalan tubuh dengan cara tertentu." (fik)