Pages

Selasa, 26 November 2013

Tempo.co News Site
daily news from tempo.co 
Book your hotel early for a discount!

You can reap the rewards with great discounts at participating Pullman, M Gallery, Grand Mercure, Novotel, Mercure, ibis and Formule 1 hotels.
From our sponsors
Unjuk Diri dan Prestasi, Kunci Kehormatan Waria
Nov 26th 2013, 00:23

Unjuk Diri dan Prestasi, Kunci Kehormatan Waria

Pemilihan Duta Waria Hukum dan HAM di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat (30 April 2010). TEMPO/Panca Syurkani

Berita Terkait

TEMPO.CO, Jakarta -Memang sulit kita menyebut orang-orang yang dengan kehidupan yang "senasib" dengan Adhe, Chenny, Mami Yulie dan para waria lain. Secara umum memang, ada yang tak mau disebut waria, bencong, AC-DC, atau apalah yang dijuluki oleh masyarakat. Kehidupan mereka pun tak selamanya berada di puncak publisitas seperti halnya Adhe dan Chenny. Yang mengenaskan, ada yang terpuruk di lorong-lorong gelap metropolitan. Di hampir semua kota besar, selalu ada tempat mangkal kaum waria. Bahkan, setiap malam Minggu, misalnya, tempat mangkal itu menjadi pusat keramaian yang tak jarang membuat jalanan macet. Beberapa tempat hiburan mengundang kelompok waria untuk mengisi acara. Dan dengan meningkatnya penyakit AIDS, waria mulai menjadi perhatian walaupun waria jelas bukan satu-satunya potensi penyebaran AIDS. (Baca: 'Lingkungan Bisa Bentuk Seseorang Jadi Waria' )

Anehnya, walau sudah jadi bagian dari kehidupan masyarakat, waria tampaknya belum diterima utuh oleh masyarakat. Mereka lebih sering menjadi bahan olokan yang bisa diledek seenaknya, padahal jelas tak ada alasan yang cukup kuat untuk menertawakan waria. Berbeda dengan kaum homoseksual, yang masih dianggap sebagai penyimpangan, waria sebenarnya tidak bisa disamakan dengan kaum homoseks. Kalaupun waria melakukan praktek homoseksual, itu semata-mata konsekuensi dari keadaan yang mereka hadapi.

Kemala Atmojo, dalam bukunya Kami Bukan Lelaki, menegaskan perbedaan waria dengan homoseks. Seorang homoseks tidak merasa perlu ber-make-up dan berpakaian seperti wanita. Dan dalam melakukan hubungan seks, seorang homoseks bisa bertindak sebagai laki-laki atau wanita. Tapi seorang waria merasa perlu ber-make-up dan berpakaian seperti wanita. Itu karena mereka memang memiliki jiwa perempuan. Dan, dalam hubungan seks, waria hanya bisa berperan sebagai perempuan. Waria juga merasa lebih lengkap jika berhasil menghilangkan ciri-ciri kelaki-lakiannya. Dan yang menyedihkan, dalam kegiatan apa pun, waria sering dan nyaris tak bisa lepas dari keusilan orang. Padahal, waria juga umat manusia yang tak suka jadi bahan olokan.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions