Jakarta, Pernahkah Anda melihat si kecil tengah menyentuh atau memainkan alat kelaminnya dan Anda pun langsung melarangnya? Ya, sebagian besar orang tua bisa saja menganggap hal tersebut tak pantas dilakukan balita. Namun sejatinya, itu merupakan hal yang normal.
"Setiap anak akan melewati fase eksplorasi alat kelamin karena rasa ingin tahu yang lebih besar. Anak mulai melihat bahwa anak laki-laki dan anak perempuan berbeda," terang psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi M.Psi kepada detikHealth, Jumat (25/4/2014).
Ketika ada anak yang menyentuh atau menggesekkan alat kelaminnya, menurut Ratih hal ini biasanya terjadi karena pada awalnya si kecil mendapat sensasi dari sentuhan terhadap alat kelaminnya. Tak jarang, mereka pun akan mengulangi 'kegiatan' ini. Nah, hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah mengalihkan kegiatan tersebut secara tidak sadar dan menggantinya dengan aktifitas lain yang lebih menarik.
"Jika situasi sedang santai, orang tua bisa menjelaskan bahwa menggesekkan alat kelamin bisa mengakibatkan luka di sekitarnya dan dapat membuat bakteri atau kuman lebih mudah masuk," jelas Ratih.
Lulusan Fakultas Psikologi UI ini menganjurkan agar orang tua tidak merespons apa yang dilakukan si kecil terlalu berlebihan, menegur secara langsung, apalagi sampai memarahinya. Sebab, mungkin saja anak belum memahami apa yang mereka lakukan.
Namun, ketika anak dirasa melakukan hal tersebut berulang-ulang dan terlihat menikmatinya, Ratih tidak menampik apa yang dilakukan si kecil kemungkinan bisa disebut sebagai masturbasi pada anak-anak.
Guna mengatasinya, orang tua bisa memberi pengertian dan pemahaman melalui pendidikan seksual yang diberikan sesuai dengan usianya. Misalnya melalui gambar atau cerita yang mengisahkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan disertai akibatnya.
"Untuk balita, buku cerita bergambar yang dipilih boleh disesuaikan dengan usianya agar lebih mudah dipahami," tandas Ratih.
(rdn/vit)