Liputan6.com, Tokyo Isi dalam mimpi terkadang membuat orang bingung. Mengapa saya mimpi ini? Apabila Anda mengalaminya, Anda tak sendirian karena para ilmuwan juga bertanya hal yang sama.
Michael J. Breus , Ph.D. melalui Psychology Today, Senin (28/4/2014), menjelaskan, di era digital ini kita tak memiliki semua jawaban tentang mimpi. Pengetahuan tentang prinsip dasar mimpi terbatas. Bahkan, sampai saat ini kita tak mengetahu mekanisme mimpi, fungai mimpi dan tujuannya. Sampai 2014 ini saja, mimpi menjadi misteri besar.
Apa yang terjadi di otak saat mimpi? Inilah yang ingin diungkapkan dalam penelitian terbaru. Para ilmuwan dari ATR Computational Neuroscience Laboratory di Kyoto, Jepang, terus mempelajari mimpi. Tim menggunakan scan otak untuk melihat visual yang terlihat dalam mimpi dan mengumpulkan wawasan baru tentang aktivitas otak ketika dalam keadaan bermimpi.
Untuk memprediksi konten visual dari mimpi , teknik menggunakan pengukuran aktivitas otak. Dengan meneliti aktivitas otak selama tidur, para ilmuwan berharap bisa melihat isi mimpi.
Peneliti melibatkan tiga pria dewasa yang tidur ketika peneliti memantau aktivitas otaknya dnegan menggunakan MRI dan EEG. Untuk menghubungkan aktivitas otak dengan citra tertentu selama bermimpi, peneliti membangunkan orang-orang itu di tengah tidurnya dan meminta mereka menggambarkan apa yang mereka lihat dalam mimpinya.
Setelah responden memberikan deskripsinya, mereka tidur lagi. Orang-orang yang terbangun melaporkan isi mimpi mereka beberapa kali dalam sejam.
Untuk masing-masing relawan, peneliti mengumpulkan lebih dari 200 laporan mimpi selama beberapa hari.
Lantas apa yang ditemukan para ahli itu? Dalam istilah awamnya, hasilnya menyatakan bahwa cara kita melihat mimpi kita adalah sama seperti ketika kita melihat visualisasi saat terbangun. Dalam istilah sederhana, kita `menonton` mimpi kita dengan cara yang sama kita memandang segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sesekali ada yang aneh atau fantastis.
Ketika ilmuwan mengamati otak, pola aktivitasnya sama selama responden bermimpi. Mereka bisa memprediksi isi mimpi dengan akurasi yang luar biasa yakni 75-80 persen.
Selain itu, untuk pertama kalinya penelitian menggunakan bermimpi untuk menemukan jaringan otak yang aktif saat sadar.
Peneliti menggunakan fenomena yang disebut bermimpi jernih untuk menentukan jalur saraf yang menjadi aktif pada saat-saat persepsi diri. Orang yang mimpinya jernih mempertahankan kesadaran diri bahkan di tengah mimpi. Mereka menyadari fakta bahwa mereka bermimpi. Mereka juga bisa memanipulasi mimpi bahkan mengingatnya.
Dalam mimpi normal, kesadaran diri dihentikan. Dengan membandingkan aktivitas otak pemimpi yang jernih terhadap aktivitas otak pada pemimpi normal, peneliti mengidentifikasikan jalur saraf yang aktif.
(Igw)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.