Jakarta, Diluncurkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) awal tahun ini diharapkan bisa mempermudah penanganan kanker anak. Selama ini, obat-obat yang dibutuhkan untuk mengobati kanker anak sering tidak tersedia di rumah sakit.
"Obat-obatan, kita sering harus cari di luar negeri. Sekarang ada JKN, semoga ke depan tidak ada masalah," kata Ira Soelistyo, pendiri sekaligus ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) saat ditemui di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, seperti ditulis Rabu (15/1/2014).
Untuk mencari dan mendatangkan obat dari luar negeri, tentu biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Selain obatnya sendiri yang memang mahal, biaya ekstra seperti ini sangat membebani keluarga pasien terutama yang berasal dari kalangan kurang mampu.
Berdasarkan pengalamannya mendampingi pasien kanker anak, Ira kerap menjumpai rumah sakit kehabisan obat. Ira tidak tahu persis apa penyebabnya, namun beberapa kali rumah sakit kehabisan stok. Kondisi ini terjadi pada hampir semua jenis obat untuk kanker.
Berbeda dengan kanker pada orang dewasa, kanker pada anak susah dicegah. Jumlahnya pun tidak sedikit, diperkirakan 3-4 persen dari semua kasus kanker terjadi pada anak. Data lain menunjukkan, dari 1 juta anak diperkirakan ada 120 kasus baru kanker anak tiap tahun di seluruh dunia.
Di Indonesia, pakar onkologi anak dr Haridini Intan SM, SpA mengaatakan tiap pekan ada 10 kasus baru kanker anak yang ditangani RS Kanker Dharmais. Setiap hari, antrean pasien lama maupun baru yang akan menjalani terapi di RS tersebut bisa mencapai 20-30 pasien.
Peluang sembuh pada kanker anak sangat tergantung kondisi saat penyakitnya terdeteksi. Makin dini kanker tersebut terdeteksi, semakin besar pula peluang sembuhnya. Risiko kematian disebabkan oleh diagnosis yang terlambat dan tidak segera diterapi.
(up/vit)