TEMPO.CO, Jakarta - Seks mulai kehilangan makna, demikian sekalangan konsultan perkawinan Barat menilai. Seks kerap diterjemahkan sebagai hubungan badan dengan tujuan akhir meraih orgasme. Selesai.
Inilah kemudian yang melahirkan tren percintaan baru yang kini mulai diminati banyak pasangan, Karezza Sex. Praktek Karezza telah menjadi semakin populer di kalangan pasangan yang mencoba untuk menyalakan kembali "percikan" dalam hubungan mereka, ABC News melaporkan.
Karezza, berasal dari bahasa Italia caress yang berarti lembut, bentuk kasih sayang dari hubungan intim di mana orgasme bukanlah tujuan. Marnie, seorang blogger untuk situs khusus Karezza, Reunion, menyatakan dalam metode ini, hubungan emosional dan kasih sayang lebih ditekankan. Sementara pakar Karezza, Matt Cook (51), seks model ini meningkatkan kehidupan pencintaan dan hubungan dengan pasangan. "Hal ini menciptakan perasaan yang mendalam dalam hubungan yang sangat sulit untuk menjelaskan," katanya, yang mempraktekkan Karezza bersama istrinya. "Jauh lebih dalam daripada hubungan seks konvensional."
Praktek Karezza, kata Marnia Robinson, penulis buku Cupid's Poisoned Arrow (Random House), akarnya ada pada zaman kuno, dengan mengadopsi prinsip-prinsip Tao dan Tantra. "Perlu dicatat bahwa Karezza adalah praktik seksual, bukan hanya berciuman dan berpelukan. Karezza adalah kasih sayang, hubungan sensual tanpa tujuan mengejar klimaks," kata Robinson.
Mereka yang mempraktekkan Karezza, katanya, akan terlibat satu sama lain dalam perilaku sehari-hari. "Mereka akan melakukan kontak badan lebih sering, saling membelai, dan hal-hal seperti ini," ujarnya menambahkan.
Sedang menurut seksolog Gabrielle Morrissey, Karezza melepaskan orgasme dari fokus utama seks dan menempatkan seks sebagai pengalaman sensual serta menempatkan pasangan dalam satu ikatan emosional, sehingga mereka berpikir tentang memberi dan menerima kenikmatan, bukan hanya bertujuan untuk masing-masing mendapatkan klimaks," katanya.
Robinson menambahkan bahwa Karezza cocok untuk untuk menjaga cinta tetap menyala di antara pasangan ketika masa bulan madu berlalu atau hubungan menghambar setelah beberapa tahun. "Seperti halnya bonding, Karezza adalah cara untuk menjaga perasaan romantis mengalir bahkan tanpa melibatkan hubungan intim," katanya.
Ia menyatakan, pasangan yang berlatih Karezza cenderung bercinta lebih sering daripada yang setia mempraktikkan hubungan seks konvensional. Robinson juga mengutip penelitian yang menyatakan bahwa orgasme tidak selalu membuat semua orang merasa baik dan bahkan dapat menyebabkan semacam 'mabuk' biokimia bagi sebagian orang. "Hubungan intim yang dilakukan penuh kasih sayang justru lebih bermakna. Perasaan 'puas' bisa berlangsung selama beberapa waktu," katanya.
Banyak yang skeptis dan mempertanyakan klaim bahwa hubungan model Karezza adalah "sangat memuaskan". Mereka beranggapan, hubungan seks tanpa orgasme seperti mendaki ke puncak gunung tapi tidak mengganggu untuk melihat matahari terbit.
Namun Robinson menyatakan, hanya persoalan membiasakan diri. "Pecinta harus belajar apa yang mereka lakukan dan mengapa, mengambil pendekatan yang cukup lambat sebelum berhubungan intim, dan bercinta dalam 'aliran' lembut," katanya.
Sedang Morrissey menyatakan ia meresepkan Karezza bagi pasien-pasiennya yang mencari bantuan untuk memperbaiki kehidupan ranjang mereka yang mulai dingin. "Karezza membantu membawa kembali beberapa kegembiraan dan membuka dialog positif antara mereka tentang kehidupan seks, dan itu sangat positif," katanya. "Tentunya aku tak ingin melihat pasien-pasienku berlatik Karezza selamanya."
ABC NEWS | BODY & SOUL | TRIP B
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.