IBARAT gusi dan gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tak bisa dilepaskan atas kejadian penangkapan Dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, Sp.OG. Pasalnya, FKUI merupakan pusat rujukan pendidikan dokter umum dan kandungan, juga memegang peranan penting untuk menekan angka kematian ibu atau kejadian malpraktik dengan cara mencetak dokter yang berkualitas dan profesional.
Pengawasan, langkah awal peningkatan kualitas pendidikan FKUI
FKUI melalui Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI, menjelaskan upaya FKUI untuk menghasilkan lulusan berkualitas dan profesional akan dimulai dengan peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada pengawasan kepada peserta didik dan secara internal menyempurnakan kurikulum pengajaran, serta penanam nilai jiwa kepemimpinan dan manejerial. Ketiga hal itu diyakini bisa mencetak dokter-dokter berkualitas, sehingga bisa menekan angka kematian ibu dan kejadian malpraktik sendiri.
"FKUI sendiri sudah ada rules-nya, kalau kita di sini penganut lembaga penanggung jawab pasien, di mana dokter bertanggung jawab mensupervisi tindakan peserta didik spesialis dalam menangani pasien. Di sini kami juga mempunyai label kompetensi, sesuai dengan levelnya dan tanggung jawab hukum ada di sini juga. Bila dia sudah lulus, dalam artian sudah berkompetensi, kita nggak mungkin mengawasinya, hal itu tanggungjawabnya pada dokter sendiri. Bila masih dalam pendidikan dan ada dokter yang diduga melakukan malpraktik, hal itu biasanya instansi yang memberikan sanksi. Tidak bisa dibawa ke pengadilan, apalagi bila dia sudah sesuai dengan SOP," kata Dr. dr. Budi Imam Santoso, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS. Cipto Mangunkusumo di Aula FKUI, Jakarta Pusat, baru-baru ini.
"Sanksi pendidikan sendiri di sini ada tiga tahap, yaitu kartu kuning, kartu biru, dan kartu merah. Di mana setiap kenaikan kartu menunjukan level sanksi. Bila seseorang dokter sudah tiga kali mendapat kartu merah, dia akan dikeluarkan," sambungnya.
Perbaikan kurikulum, mendidik dan menajerial, kunci penting upaya menekan malpraktik
Sementara itu, Dwiana Ocviyanti, MD, PhD, selaku dokter spesialis obstetri dan ginekologi sekaligus koordinator pendidikan serta Ketua Program Studi Dokter Spesialis Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM menambahkan, selain pengawasan atau supervisi, peningkatan kualitas hasil cetak dokter melalui sisi internal dan eksternal akan menjadi perhatian FKUI. Salah satu strategi internal ialah meningkatkan kualitas pendidikan mencakup keseimbangan dalam pengembangan aspek non-klinik dalam pendidikan peserta didik.
Sangat penting, lanjut dia, seorang dokter memiliki keterampilan sebagai pemimpin dan pendidik. Di mana dokter harus bisa memimpin dan mendidik lingkungan sekitarnya, baik paramedis maupun masyarakat, agar bisa menjadi perpanjangan tangan dari dokter tersebut. Upaya yang bisa ditempuh adalah penguatan kurikulum pendidikan dokter umum, spesialis dan sub-spesialis dengan menambahkan keterampilan non-klinik tersebut.
Kemudian, dari sisi eksternal, FKUI akan berupaya menghasilkan dokter yang pandai dengan melakukan pengampuan dan pendidikan di daerah. Tujuannya agar saat kompetensi, peserta didik terasah. Hal itu akan memerkuat suatu daerah agar berikutnya bisa mencetak dokter dan spesialisnya sendiri-sendiri.
"Kendati peningkatan kualitas pendidikan itu sulit dan butuh penguatan secara lateral, saya kira leadership dan teaching, plus manejerial merupakan kunci penting untuk mencetak dokter profesional yang baik, sehingga bisa menekan angka kematian ibu dan hal-hal yang tidak diiingankan seperti malpraktik," tandasnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.