PADA 2020-2030 mendatang, window of opportunity menjadi momen yang potensial bagi bangsa untuk dimanfaatkan.
Dalam kurun waktu 2020-2030, rasio ketergantungan sangat rendah di mana jumlah penduduk Indonesia berkisar antara 268 juta jiwa (2020) & 293 juta jiwa (2030) dan sebagian besarnya (198.5 juta dan 200.3 juta) merupakan penduduk dengan usia produktif.
Situasi ini tentu sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi bangsa Indonesia. Apalagi, penduduk usia produktif merupakan kelompok kreatif, di mana salah satunya ada pada usia remaja. Karenanya, memersiapkan remaja berkualitas sejak dini perlu dilakukan.
Hal itu seperti dikatakan DR Sudibyo Alimoeso, MA selaku Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN usai acara seminar hasil "Survei Kesehatan Reproduksi Remaja" (SKRRI) 2012 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (7/11/2013).
"Indonesia menaruh harapan besar bahwa akan memasuki window of opportunity 2020-2030, bahkan window of opportunity itu waktunya bisa diperpanjang bisa 2020-2035. Artinya, tergantung situasi komposisi penduduk sehingga bisa di perpanjang. Itu kan bermain pada tingkat kelahiran yang bisa diatur, untuk percepatan dan sebagainya. Window of opportunity ini kesempatan untuk berinvestasi luar biasa untuk suatu negara dan memajukan negara itu karena usia produktif lagi besar-besarnya. Dan ini bagus kalau kondisi remaja saat ini betul-betul berkualitas," tuturnya.
DR Sudibyo mengingatkan untuk memersiapkan remaja berkualitas sejak dini mengingat ketika remaja yang ada tak berkualitas, maka kesempatan itu bakal hilang.
"Window of opportunity itu yang kita khawatirkan atau sering orang bilang menjadi kesengsaraan. Bisa dibilang jendela kesengsaraan," sambungnya.
Diterangkan DR Sudibyo bahwa jendela kecil kesempatan itu jadi pintu kesengsaraan. Kalau jendela kan kecil, tapi malah jadi kesengsaraan. Kenapa? Seharusnya remaja ini menanggung orang produktif orangtua dan anak, tapi mereka malah jadi tanggungan juga bagi orang-orang yang hidup, seperti orang yang tak kerja, orang-orang narkoba, HIV/AIDS, hamil duluan, ini semua tak bisa apa-apa. Nah, oleh karena itu penanganan remaja harus serius. Masalah remaja seharusnya jadi masalah bersama," tutupnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: