POLA hidup yang serba instan membuat masyarakat semakin rentan terkena penyakit degeneratif. Sebut saja diabetes, darah tinggi, jantung dan stroke, penyakit tersebut semula dialami oleh para lansia di atas usia 50 tahun.
Namun rupanya, karena pola makan yang tak sehat, kurang serat, hingga malas berolahraga, membuat penyakit ini justru bergeser kepada usia lebih muda. Rata-rata pasien yang datang ke RS Bhakti Yudha, Depok, misalnya, usia pasien dengan penyakit degeneratif masih 30-40 tahun.
"Penyakit degeneratif meningkat, seperti diabetes, kanker, jantung, dan ini karena pola makan, gaya hidup, bukan lagi penyakit orang kaya atau orangtua," kata Direktur Utama RS Bhakti Yudha drg Sjahrul Amri, MHA, baru-baru ini.
Ketua Asosiasi RS Swasta (ARSI) Depok ini menambahkan, selain bergeser kepada usia muda, penyakit ini juga bergeser kepada masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Sebab, kata Amri, masyarakat menengah ke atas justru sudah semakin sadar terkait bahayanya penyakit ini.
"Malah terbalik, menengah ke atas sadar dengan olahraga seperti fitnes dan menjaga diet seimbang, karena kalau menengah ke bawah kadang karbohidrat yang dikonsumsi berlebihan, makan banyak. Diabetes itu paling tak boleh karbohidrat, mi dan nasi itu harus diukur," paparnya.
Amri mengakui secara akurasi jumlah kasus penyakit ini naik, yaitu merupakan penyakit tak menular. Penyakit gagal ginjal pun sudah bergeser kepada masyarakat menengah ke bawah.
"Makan jeroan itu bahaya untuk kolesterol, asam urat, termasuk hipertensi," jelasnya.
Amri menjelaskan bahwa pola makan dan hidup sehat, jangan makan berlebihan, makan saat lapar, adalah kunci terhindar dari penyakit ini. Sebab jika seseorang yang sudah mengidap penyakit regeneratif, maka harus dikendalikan obat seumur hidup dengan berbagai banyak pantangan makanan.
"Yang sudah kena, pengendaliannya seumur hidup obatnya. Pola makan enggak dijaga bisa 'lewat'. Usia 30 tahunan sudah banyak, 20 tahunan ada tetapi masih sedikit, SMA pun ada karena keturunan. Untuk diabetes juga jika parah bisa terancam amputasi, karena mereka enggak jaga kadar gula, luka enggak lalu membusuk, enggak bisa disembuhkan. Derajat amputasi atau tidak, juga sangat spesifik ditentukan secara medis," tandasnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.