Nairobi, Di Kenya, 1,5 juta orang hidup dengan HIV dan tercatat 100.000 infeksi HIV baru terjadi tiap tahunnya. Kendati begitu, sejumlah pekerja seks komersial di negara miskin ini malah melakukan seks tanpa pengaman. Sebagai gantinya, mereka mengonsumsi obat antiretroviral.
Seorang PSK bernama Sheila mengisahkan betapa banyak rekan-rekannya yang tak memakai kondom ketika melayani pelanggan. Sheila sendiri telah menjadi PSK yang biasa 'mangkal' di sebuah distrik bernama Korogocho, Nairobi selama enam tahun.
"(Masalahnya) kami tak punya uang dan ketika Anda bertemu dengan klien yang menawarkan uang lebih, Anda pasti mau-mau saja bercinta tanpa pengaman, meski Anda tak mengetahui status HIV-nya," kisahnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (20/4/2014).
Biasanya keesokan pagi Sheila dan rekan-rekannya mengunjungi klinik terdekat untuk mendapatkan obat anti-HIV atau antiretroviral darurat. Obat ini dikenal efektif menekan virus AIDS minimal 72 jam setelah infeksi, bahkan pada banyak kasus obat ini dapat mencegah perkembangan HIV di dalam tubuh calon penderitanya.
Antiretroviral yang dimaksud biasa disebut dengan 'post-exposure prophylaxis' atau PEP. Obat ini seharusnya hanya dipakai untuk keadaan darurat, misal diberikan pada korban perkosaan bila si pemerkosa diduga mengidap HIV positif atau petugas medis yang tak sengaja tertusuk jarum yang telah terinfeksi.
Sejumlah klinik di Kenya biasanya hanya berani memberikan PEP kepada pasien satu kali dosis dalam setahun. Mereka khawatir jika PEP terlalu mudah diberikan, banyak PSK yang berhenti memakai kondom. Namun nyatanya di Kenya, banyak juga PSK yang nekat dan mengonsumsi PEP hingga empat dosis dalam setahun.
Menanggapi masalah ini, Peter Godfrey-Faussett dari USAIDS mengatakan ada antiretroviral khusus yang cocok digunakan para pekerja seksual, meski lebih efektif lagi jika tidak dikonsumsi sembarangan. Yang dimaksud adalah antiretroviral yang harus dikonsumsi agar terhindar dari infeksi HIV atau 'pre-exposure prophylaxis' (PrEP).Next
(
lil/vta)