Jakarta, Beberapa obat kanker yang masih dalam tahap pengembangan menunjukkan hasil menjanjikan. Pemerintah pun meluncurkan program di mana pasien sakit parah dapat mengajukan permohonan untuk menggunakan obat tersebut. Sayangnya, tidak sedikit pasien yang ditolak permohonannya dan kemudian meninggal. Salah satunya menimpa Christian Barker.
Delapan tahun lalu ketika berusia tiga belas tahun, Christian didiagnosis dengan suatu bentuk leukimia atau kanker darah yang langka. Berharap sembuh, ia pun menjalani transplantasi sumsum tulang belakang. Bukannya pulih, sel donor justru berbalik menyerang tubuhnya.
Kondisi Christian memburuk dengan sangat cepat. Jika tak segera diambil tindakan, nyawa Christian terancam. Saat itu hidupnya bagai di ujung tanduk
Sandy, ibu Christian, lantas mencari studi atau penelitian pengembangan obat kanker yang bisa ia ikuti. Namun ia tak berhasil mendapatkannya. Tak hanya Sandy, dokter yang menangani Christian pun merasa putus asa. Dokter tersebut juga berupaya mendapatkan obat yang sedang dikembangkan. Tetapi syaratnya, mereka harus mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) terlebih dahulu.
Keluarga Barker dan dokter mereka pun memohon pada FDA agar Christian diizinkan menggunakan obat baru. Tetapi proses itu tidak sebentar. Ketika izin telah diberikan, tiga minggu telah berlalu dan penyakit Christian telah memasuki stadium empat, stadium yang paling parah.
Kala itu, Christian mengalami perdarahan secara konstan dan terus-menerus muntah. Dari waktu ke waktu, ibu Christian harus selalu mengganti seprai dan celana putranya yang dipenuhi darah.
"Putraku sekarat. Ia mengalami perdarahan sebanyak empat liter per hari," tutur Sandy seperti dikutip dari CNN pada Sabtu (19/4/2014). Christian pun meninggal.
Program besutan FDA, 'penggunaan belas kasih', ditujukan pada mereka yang mengalami sakit parah agar dapat menggunakan obat percobaan. Tetapi menurut Sandy, program itu harus dibenahi lagi agar menjadi lebih berbelas kasih seperti yang tercantum pada judulnya.
(vit/vit)