Liputan6.com, Jakarta Menderita talasemia sejak usia 5 tahun tidak membuat gadis manis ini menjadi cengeng, mudah mengeluh dan putus asa. Bagi Mufidah Amalia (16), mengeluh bukanlah solusi dan tidak membuatnya sembuh.
"Waktu divonis talasemia aku masih TK, belum mengerti apa-apa. Aku cuma main-main di ruang dokter tetapi mama nggak berhenti menangis. Di usiaku sekarang, aku semakin kuat menjalani semuanya, Kak. Walaupun kata dokter ini belum ada obat yang bisa membuatku sembuh total. Tidak terasa sudah 11 tahun aku hidup dengan talasemia," kata Mufidah Amalia saat diwawancarai Tim Health Liputan6.com, Jumat (4/4/2014).
Sang Mama yang membuatnya selalu kuat dan bertahan hingga sekarang. "Mama yang membuatku terus semangat, aku bertahan sampai sekarang karena mama. Selain itu keluargaku yang lain juga. Aku sayang mereka, walaupun hanya mukjizat Allah yang bisa sembuhkan, tetapi aku harus terus semangat. Mengeluh bukan solusi," kata anak dari pasangan Suhaedah dan Matamin ini.
Perempuan yang akrab dipanggil Lia ini memeroleh penyakit ini dari sang Ayah. "Kata dokter penyakit ini karena faktor genetik. Ayah yang membawa gen penyakit ini. Tapi di keluarga tidak ada yang menderita talasemia," kata Lia yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas 2.
Lia mengaku ketika penyakitnya sedang kambuh, rasa sakit yang dialaminya membuatnya lemah tak berdaya. "Itu sakit sekali rasanya. Lemas dan tidak bisa berdiri lama, wajah pucat, kulitku berubah warna, perih juga rasanya di dalam tubuh. Alhamdulillah aku kuat sampai sekarang, banyak orang yang mendukungku. Semangat mereka yang membuatku semakin bertahan," kata gadis kelahiran Depok, 20 Juli 1997 ini.
Transfusi tiga minggu sekali
Lia kini menjalani pengobatan secara rutin dengan mengonsumsi obat setiap hari dan melakukan transfusi darah satu kali dalam tiga minggu.
"Obatnya ada tiga yaitu vitamin E, asam golat dan ferifox itu semua untuk pertahanan tubuh aku. Selain itu aku juga rutin transfusi darah tadinya satu bulan sekali tetapi kini harus tiga minggu sekali supaya tubuhku tidak cepat melemah," kata Lia.
Lia berharap Tuhan selalu memberikan kekuatan dan kesabaran yang lebih kepadanya. "Tidak pernah putus asa apalagi mengeluh karena itu bukan solusi. Aku pernah bosan karena sepanjang hidupku harus pengobatan terus, tetapi aku mikir lagi banyak orang yang kasih aku semangat masa aku tidak. Cuma berharap Allah memberiku kekuatan dan kesabaran yang lebih," kata Lia.
(Melly Febrida)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.