Pages

Kamis, 23 Januari 2014

Sindikasi health.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal Health 
Fun with Brazilian Portuguese

Learn the tips and tricks to speak colloquial Portuguese in a natural and confident manner. Enroll today for just $69!
From our sponsors
Ketika Dokter Tak Diberikan Insentif dalam Program JKN
Jan 23rd 2014, 09:11

BEBERAPA pengamat kebijakan kesehatan berpendapat karena biaya kapitasi belum mencukupi kebutuhan dokter di era Jaminan Kesehatan Nasional, pemerintah harus memberikan insentif agar pelayanan primer yang merupakan palang pintu pelayanan kesehatan bisa optimal.

Merespons kondisi itu, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono langsung membuat rapat dengan pihak terkait untuk membahas insentif untuk dokter. Kemudian, dihasilkan keputusan untuk menerima usulan tersebut dan meminta menteri-nya mengkaji lebih mendalam. Diharapkan dengan pemberian insentif pada dokter, bisa memaksimalkan pemberian pelayanan primer pada masyarakat. Namun, bagaimana sih program JKN sendiri bila tak ada insentif buat dokter? Akankah benar-benar menghambat optimalnya program JKN?

"Dampaknya itu pada tahun pertama para dokter akan kesulitan. Sebab, mereka hanya bisa mengira-ngira pasien yang didapat. Meskipun, mereka juga bisa pasien umum, tapi pada tahun pertama pasien tetap saja tidak bisa dipastikan. Inilah pentingnya pemberian insentif pada dokter," ucap Dr. Zaenal Abidin MH. Kes, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) katanya dalam acara bertema Konferensi Pers, di Kantor Pusat IDI, Menteng, Jakarta Pusat, 22 Januari 2014.

Pengalaman pelaksanaan di provinsi Sumatera Selatan, kata dia, tahun pertama kapitasi ialah 11 ribu, dimana pemda memberikan Rp3 ribu dan askes Rp8 ribu dimana pada tahun pertama membuat semua dokter di sana mengeluh. Akhirnya, IDI membuat pertemuan berkala yang biayanya dipotong R1.000 dari biaya jasa mereka untuk membuat pertemuan bulanan agar tak perlu membayar lagi. Kemudian, tim IDI membimbing mereka dan pada tahun kedua baru kelihatan hasilnya, dimana setiap dokter mengantongi pendapatan sebesar 17 juta per bulan.

"Kenapa saat tahun pertama kapitasi dikit atau mengeluh, dan tahun kedua baru bisa metik hasilnya? Karena tahun pertama mereka beradaptasi untuk me-manage keuangan dan mengubah paradigma masyarakat mengenai kesehatan," terangnya.

Bagi dokter klinik yang komit pada pelayanan primer itu, mereka perlu membayar perawat, satpam, dan perawatan alat kedokteran setiap bulan. Bila sistem kapitasi yang dokter belum mencukup, pelayanan primer akan sulit mencapai optimal.  Oleh karenanya, insentif untuk dokter sangat penting, kata Dr. Zaenal.

Adapun saat rapat dengan presiden RI dengan jajaran terkait, IDI meminita insentif tetap sebesar Rp3 juta untuk dokter dan tenaga kesehatan lain seperti bidan, perawat. Tujuannya, agar mereka ada kepastian pendapatan pada akhir bulan. (ind)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions