Liputan6.com, Jakarta Ada berbagai cara predator seksual memangsa anak. Ada yang sabar merayu dan mendekati korbannya dan ada pula yang tak sabaran melakukannya. Pelaku yang tak sabaran tersebut umumnya telah mempelajari situasi di mana dan kapan waktu teraman melakukan aksinya. Korbannya bisa siapa saja yang dinilainya cocok dengan situasi.
"Tipe serangannya mendadak menyerang korbannya saat sedang seorang diri di tempat-tempat yang tidak terawasi biasanya dilakukan di sudut di ruangan-ruangan kecil seperti ruang kelas, tempat tidur, toilet, dan di mobil," kata Psikolog Nunki Suwardi yang juga merupakan Pendiri Pusat Studi & Aplikasi Psikologi Komunikasi Bawah Sadar dalam tulisan yang dikirimkan ke Tim Health Liputan6.com, Senin (28/4/2014)
Nunki menjelaskan, korban pelecehan seksual di Jakarta International School (JIS) bercerita ia sedang sendiri di kelas membuat senjata mainan dari gulungan tisu toilet pada jam istirahat, sekitar pukul 11.00 WIB. Tiba-tiba pelaku yang merupakan petugas kebersihan (cleaning service) mendorong korban ke sebuah ruang yang tidak dilengkapi kamera CCTV, dan melakukan perbuatannya.
Pelaku melakukan aksinya sambil mengancam dan menakuti korban agar tidak bercerita. Korban biasanya takut melaporkan pada guru atau orangtua karena takut ancaman pelaku. Namun korban kekerasan seksual tipe seperti ini biasanya dapat dengan mudah diidentifikasi jika orangtua atau orang dewasa seperti guru dapat membaca sinyal-sinyal bahasa tubuh korban.
"Satu-satunya cara untuk menghindari aksi ini yaitu jangan pernah meninggalkan anak seorang diri tanpa pengawasan terutama di tempat-tempat yang rentan disergap," katanya.
(Igw)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.