Sebuah mobil mainan tertimbun material vulkanik letusan Gunung Kelud di atas rak rumah warga di desa Pandansari, Malang, (18/2). TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Jakarta - Dampak dari abu vulkanik rupanya tidak berhenti sampai gangguan pernafasan. Gangguan yang lebih para dapat berimbas pada gangguan organ dalam seperti gangguan pencernaan, luka di paru-paru, serta gangguan pada ginjal.
"Komponen partikel kecil yang lolos dan masuk ke bagian paru-paru yang dalam bisa mengendap dan menimbulkan luka," kata Ceva Witoyo saat ditemui di kantor Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) di Jalan Salemba, Rabu 18 Februari 2014.
Partikel-partikel yang terdapat dalam abu vulkanik kata Ceva, dapat membuat iritasi pada kulit dan mata untuk organ tubuh bagian luar. Selain itu, partikel dalam abu ini dapat pula menimbulkan gangguan akut pada pernafasan hingga berpotensi timbulkan kanker jika tidak diantisipasi dari awal. "Akibat terburuknya yaitu berpotensi kanker paru dan sakit akut pada saluran pernapasan," katanya.
Menurut Ceva, kandungan yang terdapat dalam abu vulkanik berbeda dengan abu asap dari hasil pembakaran biasa. Kata Ceva, debu vulkanik itu umumnya bisa memiliki kandungan-kandungan yang punya molekul yang bisa merusak secara langsung seperti silika, mineral, dan bebatuan.
"Bahan-bahan seperti ini sangat berbahaya apabila berukuran semakin kecil. Kalau partikelnya beberapa mikrometer bisa masuk sampai ke paru-paru bagian bawah dan alveolus bisa sesak karena itu tempatnya oksigen berdistribusi," ujarnya. Hal tersebut dapat berdampak kematian jika partikel yang masuk dalam tubuh berjumlah besar dan sangat pekat.
AISHA
Berita Lain:
AQJ Siap Sidang Perdana Hari Ini
Rihanna Akui Gemar Berbusana Tanpa Bra
Kurang Pegawai, Ario Bayu Buat Es Krim Sendiri