Seorang siswi SLTP membawa ember berisi abu vulkanik Gunung Kelud dengan menggunakan sepeda di Gurah, Kediri, Jawa Timur, (15/2). TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Material vulkanik dari letusan gunung berapi dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Muntahan material, terutama debu vulkanik, berpotensi mengganggu sistem pernafasan.
Untuk menghadang penyuspan dabu vulkanik ini, tindakan sederhana yang bisa dilakukan saat terjadi letusan gunung berapi, adalah menggunakan masker. Namun rupanya masker yang kini banyak digunakan masyarakat (surgery masker) di Indonesia belum cukup memenuhi standar perlindungan.
Menurut dokter Ceva W Pitoyo, masker yang selama ini biasa digunakan warga tak semuanya mampu menangkal debu vulkanik. "Hanya satu dari enam yang relatif selamat dan terjaga," kata Ceva. Ini bikin miris. Karena artinya efektifitas masker itu kurang dari 20%.
Menurut Ceva, masker standar yang aman digunakan adalah dari jenis N-95 atau N-100. Sayangnya masker seperti ini tidak mudah diperoleh. Selain itu harganya jauh lebih mahal dibanding surgery masker.
Surgery masker belum memenuhi standar, karena menurut Ceva, partikel debu tetap dapat masuk melalui celah di sisi masker. Belum lagi penggunaan surgery masker sebenarnya lebih berfungsi untuk menyaring udara dari dalam mulut keluar.
Meski demikian, Ceva mengatakan penggunaan surgery masker sementara ini masih lebih baik daripada tidak menggunakan sama sekali.
AISHA
Terpopuler:
Demi Cucu, Bos Sritex Lukminto Ziarah Walisongo
Rupiah Kembali Paling Perkasa Se-Asia
Kata BRI dan BNI Soal Utang Korban Kelud
Dampak Kelud, Bandara Juanda Rugi Rp 2,5 Milia