KEBANYAKAN orang ingin memiliki tubuh ideal agar terlihat menarik. Untuk mencapai keinginan tersebut, sebagian besar orang berusaha keras dengan berolahraga.
Namun, terkadang sebagian orang berolahraga dengan intensitas berlebihan sehingga menyebabkan over training. Padahal, menurut Ketua Tim Dokter Kepresidenan, Brigjen TNI Dr. dr. Ariz Wibudi, Sp.PD-KEMD, olahraga juga memiliki ketentuan, terutama dengan tujuan khusus.
Patut diperhatikan, sebelum berolahraga dengan tujuan mengurangi lemak, hitung dulu denyut nadi Anda. "Kalau orang berolahraga untuk memertahankan postur tubuh, membakar lemak, atau mengurangi lemak, denyut nadi yang harus dicapai adalah 0,65 persen x denyut nadi maksimal," katanya di The Energy Building, Jakarta, baru-baru ini.
Denyut nadi yang dicapai, ada minimal juga maksimal. Denyut nadi minimal, lanjutnya, misal hanya dengan jalan-jalan seharian di mal. Sementara, denyut nadi maksimal bisa dicapai dengan latihan lebih berat, misalnya resistence training selama satu jam. Latihan ini membuat tubuh bugar, membakar lemak, juga menurunkan berat badan.
Lebih lanjut, Dr Ariz menjelaskan, berolahraga secara berlebihan dapat memengaruhi hormon di dalam tubuh. Konsekuensi dari olahraga berlebihan adalah kadar hormon kortisol, melatonin, dan seratonin akan naik-turun tidak beraturan.
Oleh karena itu, saran Dr Ariz, olahraga tidak berhubungan dengan pembakaran kalori semata, melainkan juga respon hormon tubuh. Agar Anda tidak olahraga secara berlebihan, perhatikan dahulu denyut nadi.
"Jadi, tidak asal saja," tutupnya. (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
