PARA pria masih banyak yang berpandangan bahwa urusan memberi ASI hanyalah milik istri. Padahal dalam kondisi tersebut, peran para suami tak kalah penting.
Berapa banyak kasus, lantaran suami kurang sadar perannya, akhirnya para istri memberikan bayinya susu formula. Padahal, ASI eksklusif memiliki nutrisi jauh lebih bagus, gratis pula dan lebih alami.
Berangkat dari keresahan itulah, Ernest Prakasa, comic ternama Indonesia, dan teman-teman lainnya pada 2011 membuat Komunitas Ayah Asi (@ID_AyahAsi). Ernest menerangkan bahwa pemenuhan ASI bukanlah urusan istri dan para suami tak perlu ikut.
Kenyataannya, para suami seharusnya turut terlibat untuk mendukung istrinya bisa memberikan ASI. Dan, munculnya @ID_AyahAsi menjawab kebutuhan bahwa peran pasangan sangat penting untuk para istri bisa mencukupi ASI eksklusifnya pada anak.
"Agar istri bisa memberikan ASI eksklusifnya pada anak, itu tidak hanya gizi yang harus dipenuhi, tapi psikologisnya juga. Dan, di sinilah dibutuhkan peran suami," katanya kepada Okezone usai konferensi pers "Optimalkan Aksi Sosialmu Lewat Social Media" di Cilandak Town Square, Jakarta, Selasa (13/5/2014).
Hal itu karena bukan hanya susu formula tak bisa ditandingi oleh ASI eksklusif. Namun, dukungan para istri secara psikologis sangat penting dalam memengaruhi kelangsungan istri bisa memberikan ASI.
"Mendukung secara psikologis itu seperti apa? Ya, istri happy, dan kondis itu bisa didapat dengan kita bisa membantu mereka butuhkan, misalnya 'mau dimasakin apa?', atau 'apa yang bisa aku cariin untuk kamu?'. Nah, hal yang simpel itu bisa membantu secara psikologis para istri," beber Ernest.
Lebih dalam, Ernest menjelaskan pesan dari aksi sosial komunitas @ID_AyahAsi ialah para suami perlahan mengerti bahwa mengurus bayi juga tanggung jawab suami. "Simpel pesannya, 'bikin' bareng, ngurusnya harus bareng juga. Jangan berhenti pas istri melahirkan terus kita (suami-red) hanya menyumbang hormon. Saat anak lahir, jobdesc ayah masih ada, yaitu memastikan ibu bisa memberikan ASI eksklusif dengan baik. Apa saja yang harus dipastikan suami? Gizi tercukupi, psikologis kondusif. Begitu," terangnya.
Sampai saat ini, kata dia, kendala yang dihadapi ialah mindset. Para suami masih berpikir bahwa karena sudah menunaikan tanggung jawab mencari nafkah keluarga, mereka tak perlu lagi mengurus remeh-temeh soal ASI.
Akan tetapi, perlahan pandangan itu luntur beriringan aksi sosial melalui #kultwit (kuliah melalui update status twitter) via Twitter dan media sosial lainnya. "Untuk menyadarkan para suami, kami pakai pendekatan yang sifatnya praktikal. Misalnya, kalau beli susu formula habis uang per bulannya segini, anggaplah setengah juta, kan kalau sebanyak itu mending nyicil iPhone. Sedangkan ada ASI yang gratis, lebih alami, dan lebih banyak manfaatnya," ungkapnya.
"Kemudian, kita juga pakai tones (nada) bahasanya yang deket dengan keseharian mereka, kan pasti mereka menangkapnya gampang. Harapan kita satu, mindset berubah, perilakunya berubah juga saat istri memiliki bayi. Ikut ngurus anak juga artinya," tutupnya. (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.