Colorado, Saat memilih pendamping hidup, seseorang biasanya akan cenderung tertarik pada orang yang kepribadiannya sama atau memiliki kegemaran yang serupa. Ternyata ini karena kita memang cenderung tertarik pada orang dengan susunan genetik yang sama lho.
"Awalnya kami mengira orang cenderung memilih pasangan yang susunan genetiknya sama karena setahu kami mereka memang lebih suka menjalin hubungan dan menikahi orang yang ras dan etnisnya sama. Tapi ternyata ada aspek lain," papar peneliti Benjamin Domingue dari Institute of Behavioral Science, University of Colorado.
Tercetuslah ide untuk mengamati cetak biru genetik dari 825 pasangan menikah asal AS. 1650 orang di antaranya bukan keturunan Hispanik, berkulit putih dan lahir antara tahun 1930-an dan 1950-an.
Kemudian peneliti membandingkan struktur bernama 'single nucleotide polymorphism' pada DNA pasangan menikah dengan DNA milik partisipan berjenis kelamin lain yang dipilih secara acak.
"Ternyata setelah kami kesampingkan faktor ras dan etnisnya, kami masih menemukan preferensi (partisipan) pada individu-individu dengan susunan genetik yang sama," tandas Domingue seperti dikutip dari ABC Australia, Kamis (22/5/2014).
Hal ini berarti latar belakang yang dilihat seseorang ketika memilih suami/istri bukan semata karena kesamaan tingkat pendidikan, ras, agama, usia, jumlah pendapatan dan bentuk tubuh saja, melainkan juga karena kesamaan genetik.
"Misalnya, orang biasanya memerhatikan tinggi badan calon pasangannya. Ini karena orang yang tinggi cenderung ingin menikahi orang yang sama tingginya, dan itu artinya ada kesamaan genetik di antara keduanya," jelas Domingue.
Bahkan peneliti mencatat kecenderungan memilih seseorang dengan susunan genetik yang sama ini tiga kali lebih kuat dibandingkan tendensi orang untuk menikahi calon suami/istri yang sudah mapan atau memiliki tingkat pendidikan yang sepadan.
Hanya saja Domingue menemukan sedikit hambatan ketika melakukan riset ini. Katanya, ia dan rekan-rekannya kesulitan untuk memastikan apakah preferensi ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menikahi seseorang yang sama tingginya atau sama-sama mengenyam bangku kuliah atau murni karena kesamaan genetik tadi.
"Mekanisme untuk menjelaskan ketertarikan ini tampaknya cukup rumit dan banyak aspeknya," imbuhnya.
(lil/up)