Jakarta, Suatu hubungan dikatakan tidak sehat jika terlalu sering terjadi konflik, banyak menuntut, dan justru menyusahkan masing-masing pihak. Tak cuma akan jadi beban pikiran, hubungan semacam ini juga meningkatkan risiko kematian dini.
"Konflik khususnya, berhubungan dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Tidak peduli siapa yang menjadi sumber konflik," kata Rikke Lund, peneliti kesehatan masyarakat dari University of Copenhagen, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (28/5/2014).
Dibandingkan perempuan, laki-laki cenderung lebih merasakan dampak ini. Demikian Lund menyimpulkan dalam penelitiannya. Begitu juga dengan orang-orang yang tidak punya pekerjaan alias pengangguran, cenderung lebih terpengaruh oleh dampak buruk dari hubungan yang tidak sehat.
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasangan, sahabat, atau siapapu yang punya hubungan baik bisa memperbaiki kualitas hidup. Paling tidak, bisa saling mengingatkan untuk selalu menerapkan pola hidup sehat. Namun belum banyak yang mengungkap efek sebaliknya, yakni efek buruk dari hubungan yang tidak sehat.
Untuk itu, Lund mempelajari riwayat kesehatan dari 9.870 orang dewasa di Denmark yang tercatat antara tahun 2000 hingga akhir 2011. Lund membandingkannya dengan kualitas hubungan orang-orang tersebut dengan pasangan masing-masing melalui wawancara.
Dalam periode tersebut, 4 persen perempuan dan 6 persen laki-laki yang diteliti meninggal dunia. Hampir separuhnya meninggal karena digerogoti kanker, sedangkan sisanya disebabkan oleh penyakit jantung, gangguan hati, kecelakaan dan bunuh diri.
Lund menyimpulkan, orang yang sering mengalami stres dalam menjalin hubungan, apapun jenis hubungannya, akan mengalami peningkatan risiko kematian dini hingga 50 persen. Makin sering terlibat konflik, makin besar pula peningkatan risiko yang dihadapi.
(up/up)