Jakarta, PT HM Sampoerna Tbk. pemilik merk rokok A Mild dan Dji Sam Soe menutup dua pabrik Sigaret Kretek Tangan dan mem-PHK 4.900 karyawannya. Banyak kalangan menilai bahwa hal tersebut dilakukan karena sulitnya penjualan, padahal Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) belum diaksesi. Apa reaksi Komnas Pengendalian Tembakau?
Ketua Komnas PT dr Prijo Sidipratomo tersenyum ketika mendapat pertanyaan tentang hal tersebut. Dia mengatakan penutupan itu bukanlah pertanda industri rokok mengalami penurunan kerugian. Sementara pemecatan karyawan juga ditengarainya sebagai awal dari proses mekanisasi pabrik rokok. Cepat atau lambat, para buruh pabrik tembakau akan digantikan oleh mesin.
dr Prijo ketika ditemui detikHealth di Griya Jenggala, Jalan Jenggala I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dan ditulis pada Rabu (21/5/2014) menyebut industri rokok membuat peraturan seleksi yang subjektif. Karenanya banyak tembakau hasil petani Indonesia tidak diterima dengan alasan kualitasnya yang tidak baik.
"Dengan kata lain, ini penjajahan di zaman modern," ucap dr Prijo sembari mengatakan pemecatan itu adalah akal-akalan pengusaha supaya tidak memberikan THR (Tunjangan Hari Raya).
Seperti diberitakan, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) akan menghentikan kegiatan produksi pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berlokasi di Jember dan Lumajang per 31 Mei 2014. Perseroan menutup dua pabrik itu dalam rangka merestrukturisasi operasional di pabrik-pabrik SKT miliknya. Emiten berkode HSMP itu akan fokus melanjutkan produksi SKT di lima pabrik lainnya di Surabaya (Rungkut I, Rungkut II dan Taman Sampoerna), Malang dan Probolinggo.
Sekretaris Perusahaan Sampoerna Maharani Subandhi dalam keterangan tertulis menyebut bagi mereka yang terdampak dengan keputusan ini akan mendapatkan paket pesangon yang jumlahnya lebih besar dari yang ditetapkan oleh pemerintah melalui UU Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003. Selain itu perseroan juga akan membayarkan tunjangan hari raya (THR) Idul Fitri untuk tahun 2014 ini. Selain paket pesangon dan THR tersebut, manajemen juga memberikan kesempatan kepada para karyawan di pabrik SKT Jember dan Lumajang untuk mengikuti program pelatihan kewirausahaan, yang diharapkan dapat membantu dalam mendapatkan keahlian baru dan mencari sumber penghasilan lainnya.
Dijelaskan pihak Sampoerna, keputusan untuk menutup kedua pabrik SKT Sampoerna merupakan pilihan terakhir yang telah dipertimbangkan secara menyeluruh untuk memastikan iklim usaha dan iklim kerja yang stabil dan berkesinambungan bagi perusahaan maupun keseluruhan karyawan produksi SKT Sampoerna.
Ketua Umum Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo), Muhaimin Moefti, kepada detikFinance beberapa waktu lalu mengatakan Pada dasarnya itu tren SKT secara keseluruhan turun, ada perpindahan pasar dari rokok SKT ke SKM (sigaret kretek mesin). Ia menjelaskan pasar SKT umumnya konsumen rokok usia tua. Sampoerna selama ini memproduksi rokok SKT antara lain Dji Sam Soe, Sampoerna Hijau dan lainnya.
Pihak Sampoerna mengakui volume penjualan rokok Sampoerna mengalami penurunan sebesar 13% pada tahun 2013. Total volume SKT industri terus mengalami penurunan hingga triwulan I-2014 mencapai 16,1%.
Terkait pendapat tenaga manusia di pabrik rokok akan diganti tenaga mesin, Sekretaris Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Busharmaidi mengatakan industri rokok dan tembakau merupakan industri padat karya yang masih membutuhkan banyak tenaga manusia. "Rokok itu tidak semua bisa diganti dengan mesin. Kita itu padat karya, tidak semua pekerja bisa diganti dengan mesin. Makanya itu bukan karena dia mau menggunakan mesin, tapi pangsa pasarnya memang berkurang," kata Busharmaidi ditemui di Graha Sucofindo, Pasar Minggu, Jakarta, beberapa waktu lalu.
(vta/vit)