Jakarta, Komunikasi mungkin masih dianggap bukan sesuatu yang penting bagi kalangan tenaga medis, khususnya dokter. Padahal dengan komunikasi yang baik, serta pemberian waktu konsultasi yang lebih banyak, tingkat kesembuhan pasien bisa menjadi lebih tinggi.
"Tidak kompetitifnya pelayanan kesehatan di Indonesia lebih besar dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi daripada kemampuan klinik. Komunikasinya masih jelek. Ini mungkin karena di masa lalu tidak diajarkan untuk komunikasi," terang pakar ekonomi kesehatan FKM UI, Prof dr Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, dalam media briefing yang diselenggarakan di Hotel Aston Rasuna, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (20/5/2014).
Meskipun demikian, menurut Prof Hasbullah kurang efektifnya komunikasi yang diberikan dokter pada pasien bisa jadi karena bayarannya yang dianggap tak sepadan, terlebih dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per tahun ini.
"Dibayarnya kan sistem borongan, jadi pasien sekali masuk ada lima. Yang penting sih dari awal jangan komplain tentang uang di depan pasien. Itu bentuk komunikasi yang tidak benar. Bisa-bisa nanti pasiennya jadi ragu kok dokternya begini," paparnya.
Menurut pendapat Guru Besar Universitas Indonesia tersebut, idealnya tiap dokter menyediakan waktu paling tidak 15 menit per pasien. Dalam waktu tersebut, pasien bisa menanyakan segala hal baik tentang kondisi maupun pengobatannya.
Diharapkan dengan banyaknya informasi yang didapat pasien, tingkat kesembuhannya pun akan semakin cepat. Nah, jika tingkat kesembuhan pasien cepat, maka biaya pengobatan pun bisa ditekan.
"Yang penting belajar juga bagaimana komunikasi yang empati, tidak sekadar basa-basi. Sedang disiapkan modulnya, nanti modul ini jadi syarat bagi dokter primer (dokter umum) untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Ibaratnya kalau di sekolah namanya ujian nasional," tutur Prof Hasbullah.
(ajg/vit)