Pages

Minggu, 09 Februari 2014

Sindikasi lifestyle.okezone.com
Berita-berita Okezone pada kanal Lifestyle 
#1 Web Template Generator

Use Artisteer automated web designer to create beautiful web designs in minutes. No technical skills required.
From our sponsors
Faktor Anak & Penghasilan, Akankah Nia Batal Gugat Cerai Farhat?
Feb 8th 2014, 17:08

Minggu, 9 Februari 2014 - 00:08 wib | Renny Sundayani - Okezone

Farhat Abbas (Foto: Okezone)Farhat Abbas (Foto: Okezone)

MEMUTUSKAN untuk berpisah dengan pasangan memang bukan perkara yang mudah. Apalagi sudah membina hubungan rumah tangga hingga belasan tahun.

 
Banyak pasangan berfikir ulang sebelum memutuskan untuk bercerai. Faktor anak dan status sosial membuat beberapa pasangan berpikir dua kali untuk bercerai. Ada juga yang beranggapan jika dirinya lebih baik menderita ketimbang harus memilih bercerai.
 
Seperti yang dialami oleh pelantun "Gelas-Gelas Kaca" ini yang resmi menggugat cerai suaminya, Farhat Abbas. Melalui kuasa hukumnya, Nia Daniati mendaftarkan gugatan cerai kepada Farhat Abbas pada 27 Januari lalu. Diprediksi, sidang perdana cerai pasutri itu akan digelar dua pekan setelah pengajuan gugatan.
 
Meskipun demikian, pastinya Nia masih menyimpan sisa-sisa cinta kepada Farhat Abbas walaupun perjalanan rumah tangganya tidak semulus yang dipikirkan. Namun, Nia tampaknya memiliki alasan memilih cerai, setelah 12 tahun berumah tangga.
 
Menurut Psikolog Fredrick Purba, ketika seseorang memutuskan berpisah dari pasangannya, banyak hal yang harus dipertimbangkan, yaitu status sosial dan anak.
 
"Banyak pasangan yang sudah ajukan cerai, namun berpikir ulang. Ingin rujuk karena memikirkan status sosial atau anaknya nanti bagaimana. Apalagi ibu yang tidak memiliki penghasilan, cenderung memilih bertahan dibanding harus berpisah," ungkap dosen di Universitas Padjajaran, Bandung ini ketika dihubungi Okezone, baru-baru ini.
 
Tak hanya itu saja, katanya, biasanya pasangan juga memertimbangkan apakah mampu mendapatkan kembali pasangan yang miliki sifat seperti pasangan sebelumnya.
 
"Kecendrungan ada kekhawatiran apakah bisa menemukan orang seperti dia. Apakah nantinya bisa hidup tanpa dia. Kebiasan-kebiasan dia sehari-hari selalu teringat ketika kita kehilangan seseorang," bebernya.
 
Pasangan yang tengah berkonflik ini, lanjut Fredrick, sebenarnya bisa diperbaiki kembali, misalnya dengan mengingat proses saat jatuh cinta atau mengingat kembali kenangan di awal-awal masa indah ketika baru menikah.
(tty)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions