Jakarta, Menurut data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 99 persen anak jajan di sekolah. Kondisi ini berisiko sangat besar terhadap kesehatan anak apalagi analisa BPOM menunjukkan masih banyak jajanan yang tidak memenuhi syarat karena masalah higienitas, penggunaan bahan berbahaya, penggunakan bahan tambahan makanan berlebih, kontaminasi mikroba, dan masalah sanitasi.
Menanggapi hal ini, wakil presiden RI Boediono mengatakan hal ini bisa mengakibatkan penumpukan zat-zat yang bersifat karsinogenik dan mempengaruhi kesehatan generasi muda. Oleh karena itu, seluruh lapisan masyarakat perlu bergerak untuk mencegah terjadinya masalah ini.
"Guru dan orang tua perlu memberi edukasi pada anak bagaimana memilih jajanan yang baik dan efeknya jika jajan sembarangan. Khususnya orang tua, biasakan memberi anak sarapan, memberi bekal dan supaya anak tidak jajan sembarangan," kata Boediono dalam pembukaan Gebyar Aksi Nasional Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS) di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Sabtu (8/2/2014)
Hal senada juga diungkapkan wakil menteri kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti yang mengatakan orang tua berperan penting memberi pengarahan dan pengertian pada anak suapaya tidak jajan sembarangan. Salah satunya dengan membiasakan anak sarapan supaya merasa kenyang dan tidak jajan sembarangan.
Toh membeli jajanan, anak harus diberi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak. "Kami juga perkuat UKS dan bekerja sama dengan kementerian pendidikan karena UKS bisa memperkenalkan sejak dini pada anak tentang pola hidup sehat sehingga dia punya mindset harus melakukan hidup bersih sehat dengan memilih jajanan sehat dan bermutu," tutur Ali Ghufron.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPOM Dr.Ir.Roy Alexander Sparringa M.App.Sc mengatakan jenis jajanan yang paling banyak tidak memenuhi syarat adalah bakso, minuman berwarna termasuk sirup, jelly atau agar-agar, dan es. "Terutama itu es yang paling tidak layak konsumsi karena tercemar mikroba. Jajanan ini menyumbang 80 persen jajanan yang tidak memenuhi syarat," kata Roy.
Ia menambahkan, jumlah sekolah yang sudah melakukan pengawasan terhadap jajanan anak meningkat dari 56-60% di tahun 2008-2010 menjadi 76% di taun 2012. Di tahun 2013, jumlahnya sudah mencapai 87,9%. Meski demikian, masih perlu dilakukan perubahan dan perbaikan infrastruktur dasar di sekolah terutama akses air bersih, perbaikan sanitasi, dan pengawasan di kantin.
Nah, melalui Gebyar Aksi Nasional Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS) yang diselenggarakan di Cilandak Town Square 8-9 Februari 2014, diharapkan pangan jajan anak yang aman, mutu, dan bergizi lewat kemandirian sekolah di mana pihak sekolah bisa mengawasi jajanan yang ada di sekolah bisa meningkat.
"Hal ini dilakukan sebab mutu dan gizi pangan berkontribusi besar pada kualitas pangan anak yang mempengaruhi daya saing bangsa di tingkat global," tandas Roy.
(rdn/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.