California, AS, Untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya, KatieRose Hamilton tak bisa hanya sekadar minum aspirin kemudian beristirahat seperti kebanyakan orang. Sebab, gadis ini mengalami kondisi trigeminal neuralgia atau yang biasa disebut 'penyakit bunuh diri'.
Menurut sang ibu, Megan Hamilton, ketika KatieRose sakit kepala, ia tak bisa berbuat apa-apa bahkan bergerak. Ia hanya bisa berbaring di ruangan yang gelap sambil menangis, merintih, dan menendang kakinya.
"Sebagai orang tua aku hanya bisa duduk di sampingnya sambil menangis. Ketika sakit kepalanya kambuh, KatieRose bahkan pernah mengatakan rasanya seperti ingin menusuk sisi kepalanya dengan pisau karena rasa sakit yang ia rasakan," jelas Megan.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, Trigeminal Neuralgia (TN) merupakan kodisi yang mempengaruhi saraf kranial yang disebut trigeminal. Saraf inilah yang paling banyak didistibusikan ke kepala sehingga saat rasa sakit menyerang, orang akan merasa kepalanya seperti ditusuk sampai terbakar.
Rasa sakit ini disebabkan karena beberapa arteri dan vena mengompresi saraf karena adanya tekanan hingga berdenyut dan merusak saraf, kemudian terasa sakit. Karena rasa sakit yang teramat sangat, kondisi ini pun dijuluki penyakit bunuh diri. Sebab, untuk mengatasi rasa sakitnya, orang bisa nekat melakukan apa saja.
Biasanya, penyakit ini mempengaruhi orang-orang di atas usia 50 tahun dan kebanyakan adalah wanita. Untuk mengatasi kondisi ini,beberapa jenis obat anti-kejang sudah diberikan pada KatieRose. Namun, terlalu banyak dosis yang diberikan bisa menimbulkan gangguan padanya hingga KatieRose sulit mengerjakan soal matematika sederhana dan membaca.
"Dokter mengatakan bahwa bantuan obat ini tidak bersifat permanen karena tubuhnya justru akan kebal sehingga lama-kelamaan dosis obat pun perlu dinaikkan," kata Megan, seperti dilansir ABC News, Selasa (4/2/2014).
Seminggu yang lalu, KatieRose menjalani operasi otak di pusat medis University of California Irvine. Ini merupakan operasi otak kedua yang dijalani KatieRose dalam dua tahun. Sebelumnya, ia sempat menjalani operasi otak di Johns Hopkins Medical Center untuk meringankan rasa sakitnya, tapi hanya berlangsung delapan bulan.
Di operasi kedua ini, dokter bedah menemukan setidaknya ada sepuluh kompresi baik dari vena ataupun arteri yang menekan saraf kranial dan ini menyebabkan rasa sakit. Mereka percaya perlahan pembuluh darah di otak KatieRose bisa berdenyut setelah lapisan myelin pada bagian luar saraf dihilangkan.
"Sebelum operasi kedua, putriku bisa merasa kesakitan selama 12 jam bahkan sampai 48 jam. Meski operasi ini dikatakan berhasil jika rasa sakitnya tidak terasa lagi selama enam sampai sepuluh tahun, aku harap lebih dari itu. Ia bisa bebas dari rasa sakit dan obat-obatan," harap Megan.
(rdn/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.