Pages

Selasa, 25 Februari 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
Learn to create beautiful cakes from your kitchen.

Whether you are doing this for fun or to start a new business, this course provides the simple techniques needed to decorate a cake like a pro.
From our sponsors
Alergi Terhadap 23 Pemicu, Karen Hampir Meninggal 80 Kali
Feb 25th 2014, 05:30

Bedfordshire, Inggris, Punya satu jenis alergi saja sudah cukup merepotkan jika muncul di waktu dan saat yang tak tepat. Nah, bayangkan jika Anda menjadi Karen Brammer. Wanita berusia 40 tahun ini memiliki 23 jenis alergi. Dengan begitu, ia berisiko meninggal setiap kali pergi keluar rumah.

Brammer mengungkapkan dirinya pernah mengalami reaksi alergi yang hampir merenggut nyawanya sebanyak 80 kali. Wanita asal Bedfordshire, Inggris, ini seringkali takut untuk sekadar berjalan-jalan di mal karena khawatir alerginya muncul. Ia juga harus memendam cita-citanya menjadi seorang perawat karena memiliki alergi lateks ekstrem.

"Tahun lalu saya berjuang untuk hidup dalam hitungan menit setelah disengat tawon. Saya harus tetap tenang meskipun saya tahu saya bisa saja meninggal," ungkap Brammer, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (25/2/2014).

Beberapa pemicu alergi Brammer di antaranya buah kiwi, lateks, tawon dan penisilin. Sementara lateks ditemukan dalam balon, pena, kamera, peralatan televisi, mobil, permen karet, pegangan tangan eskalator, kantong plastik, perangko, sepatu, dan banyak tempat lainnya.

Sementara kebanyakan orang bisa mengatasi alergi dan beberapa penyakitnya di rumah sakit, Brammer kembali harus kesulitan. Ia diketahui alergi terhadap 16 obat yang berbeda. Sejak remaja, Brammer sudah mengetahui bahwa ia memiliki gangguan autoimun yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuhnya. Sebagai akibatnya, beberapa organ tubuhnya seperti ginjal, kandung kemih, usus, sistem saraf, dan darah, sangat rentan.

"Saya butuh waktu sekitar 4,5 bulan untuk pulih dari sebuah sengatan tawon karena beberapa reaksi rupanya berdampak pada kondisi kronis lainnya. Saya tidak bisa mengajak anjing saya berjalan-jalan, tidak bisa bekerja, dan tidak punya pemasukan karena saya adalah wiraswasta. Ini berdampak pada semua bidang kehidupan saya," tutur Brammer.

Sejak disengat lebah itu pula Brammer kehilangan bisnis berkebun miliknya, padahal bisnis tersebut merupakan sumber pemasukkannya. Ia juga mengungkapkan bahwa alerginya telah membuat ia merasa terisolasi, terutama saat diundang ke sebuah restoran, pesta, atau pertemuan sosial lainnya. Bagaimana tidak, Brammer harus berkali-kali menanyakan apakah akan ada balon, buah kiwi, karet gelang, atau apa pun yang mengandung lateks.

"Hidup itu sulit dengan satu alergi. Nah, banyak alergi dan masalah kronis lainnya bisa semakin menyulitkan. Tapi saya bertekad untuk tidak membiarkan alergi merusak hidup saya," terang Brammer.

(ajg/vit)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
123144_karenbrammer.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions