Fredrick Dermawan Purba (Foto: Okezone) BANG, saya punya gebetan, tapi gebetan saya tidak tahu apakah dia benar suka pada saya. Suatu ketika, saya pernah jalan dan makan bareng. Suasananya romantis, akhirnya saya beranikan diri untuk menyatakan cinta. Tidak tahunya, dia hanya anggap saya teman.
Semenjak itu, dia mulai menjauh. Tidak ada kabar, padahal biasanya kami sering saling kontak. Saya harus bagaimana, Bang Jeki?
Jawaban:
Dear kamu yang sedang ditinggal (calon) kekasih. Pertanyaan penting yang muncul dalam pikiran begitu membaca curhatan ini adalah, apakah sang penulis pria atau wanita ya? Kalau dari "beranikan diri untuk menyatakan cinta", ada peluang besar kalau kamu adalah pria. Tetapi dari "semenjak itu, dia mulai menjauh", sang gebetan tampaknya lelaki karena biasanya respon tersebut adalah respon lelaki: take it or leave it, hitam atau putih, cinta atau tidak, titik. Bagaimanapun, prinsipnya tidak akan jauh berbeda, meski akan ada detil-detil yang variatif tergantung jenis kelamin.
Pernah ada seorang sahabat yang menyatakan kalimat ini dalam diskusi kami, "Jatuh cinta itu tak bisa dilarang. Itu hak asasi semua orang. Menyatakan cinta itupun termasuk kebebasanmu, pilihanmu, hakmu. Tapi menerima atau menolak cintamu, itu murni haknya, pilihannya." Kalau dilihat dari apa yang sudah kamu lakukan, tentunya suka padanya adalah sesuatu yang wajar, mencari tahu apakah ia punya perasaan yang sama juga boleh kamu lakukan. Keberanianmu untuk menanyakan langsung padanya adalah sebuah langkah maju untuk memastikan status hubungan kalian. Meski hasilnya menyakitkan, tapi kebenaran yang perih jauh lebih baik dibanding ketidakpastian yang menyenangkan.
Kalau dia menjauh, tidak lagi mengontakmu, itu haknya. Mungkin ia tidak nyaman dengan perasaan kamu yang lebih padanya, mungkin tidak ingin melukaimu, mungkin ia tidak lagi nyaman bersamamu atau banyak kemungkinan yang lain. Biarlah hanya ia yang tahu, jika memang itu pilihannya.
Apa yang bisa kamu lakukan? Sederhana saja, kok. Cobalah satu kali untuk mengajaknya bertemu untuk membicarakan apa yang terjadi di antara kalian. Jika ia tidak membalas atau mengatakan tidak, cobalah lewat jalan tidak langsung. Tuliskan saja melalui email/message apa yang kamu rasakan tentang perubahan perilakunya, kebingunganmu karena perubahan perilakunya, dan harapanmu untuk dapat berbincang dengannya ataupun berteman biasa (kalau memang kamu ingin melanjutkan pertemanan dengannya).
Di akhir, mintalah ia membalas email/message kamu dengan menjelaskan apa yang terjadi padanya. Jika ia tidak membalas, biarlah. Yang paling penting kamu sudah menyampaikan apa yang kamu rasakan tentang perubahan perilakunya.
Berikutnya, lanjutkan hidupmu, lanjutkan usahamu untuk jatuh cinta dan menemukan pasangan sejatimu. Ia mungkin ada di dekatmu selama ini, hanya saja tidak kamu perhatikan karena matamu dan hatimu tertuju pada gebetan yang kemudian menjauh itu. Buka mata, buka telinga, buka hati, dan buka jejaring sosialmu, dan semoga kamu segera menemukan yang lebih baik untukmu.
Salam,
Fredrick Dermawan Purba
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
(Fik)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.