Jakarta, Sebagian besar orang tua percaya bahwa perilaku dan pola pengajaran merekalah yang membuat anak bisa membedakan baik dan buruk. Padahal ternyata belum tentu seperti itu.
Penelitian terbaru dari Yale University memberikan fakta mengejutkan. Menurut mereka, bayi sudah bisa membedakan baik dan buruk bahkan sejak usia tiga bulan. Pernyataan tersebut di dapat setelah melakukan percobaan kepada beberapa usia 3 hingg 6 bulan.
Peneliti melakukan percobaan menggunakan tiga buah boneka. Boneka pertama berusaha mengeluarkan diri dari kotak yang mengurungnya. Boneka kedua yang dilabeli sebagai boneka baik, membantu boneka tersebut untuk keluar dari kotak. Nah, boneka ketika yang dilabeli boneka jahat akan mencegah boneka pertama keluar dan menutup kotaknya.
Setelah itu, para bayi diberikan boneka baik dan boneka jahat. Ternyata 80 persen dari mereka lebih senang bermain dengan boneka baik yang membantu menolon boneka pertama keluar daripada bermain dengan boneka ketiga yang jahat.
Tidak percaya? Paul Bloom, profesor psikologi dan ilmu pengetahuan kognitif dari Yale yang melakukan penelitian pun tidak percaya sehingga memutuskan melakukan penelitian tersebut. Kini, setelah bertahun-tahun mendalami isi otak bayi, tidak ada lagi keraguan pada dirinya tentang hal tersebut.
"Aku percaya bahwa manusia dilahirkan dengan moralitas yang kuat hingga ke tulang, sehingga membedakan baik dan buruk sudah ada dalam orak mereka secara alami," tukas Bloom seperti dilansir CNN dan ditulis pada Sabtu (3/5/2014).
Bloom menambahkan bahwa sejatinya, manusia adalah makhluk yangbermoral, berbudi baik dan bertenggang rasa kuat. Sayangnya, pengaruh lingkungan yang buruk bisa saja merubah hal tersebut.
"Manusia terlahir sebagai makhluk bermoral. Namun lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam proses tumbuh kembang manusia. Lingkungan bisa membuat moral semakin tebal atau sedihnya, membuat moral semakin merosot," tutur pengarang buku Just Babies: The Origins of Good and Evil tersebut.
Meski begitu, Bloom yang melakukan penelitian bersama istrinya ini mengaku belum bisa menebak secara detil apa sebenarnya yang ada di otak para bayi. Menurutnya, misteri tentang hal tersebut akan tetap menjadi subyek penelitiannya beberapa tahun ke depan.
(vit/vit)