Jakarta, Meskipun saat ini sudah mulai banyak ragam jenis diet yang diklaim bisa menurunkan berat badan secara singkat, namun sebaiknya Anda tetap memilih dan menentukan jenis diet yang tepat. Jika tidak, bukan tidak mungkin justru menimbulkan risiko lain terhadap kesehatan tubuh.
Fad diet merupakan diet yang menganjurkan seseorang untuk menghilangkan salah satu jenis makanan atau nutrisi tertentu dalam penyusunan menu sehari-hari. Biasanya diet ini dilakukan dengan program jangka pendek yang fokus pada pemangkasan jumlah kalori tertentu.
"Biasanya diet ini menjanjikan ada perubahan berat badan secara signifikan dalam waktu singkat dan instan," ungkap Mochamad Aldis Ruslialdi, SKM, Nutrition and Health Education Executive dari Nutrifood Research Centre, kepada detikHealth dan ditulis pada Minggu (11/5/2014)
Faktanya fad diet atau diet instan ini memang bisa membuat seseorang cepat langsing, tapi sayangnya diet ini juga mudah membuat mereka menjadi gemuk lagi. Bahkan menurut Aldis bisa membuat orang yang sudah langsing tersebut menjadi lebih gemuk daripada sebelum berdiet. "Efeknya seperti yoyo diet, cepat langsing dan cepat gemuk lagi," lanjutnya.
Tak dipungkiri menurunkan berat badan yang sehat setidaknya 0,5-1,5 kg per pekan atau secara bertahap. Jika dilakukan secara instan atau bobot yang turun melebihi jumlah tersebut, maka fad diet yang Anda lakukan bisa dikatakan sudah tak sehat. Lantas mengapa bobot seseorang yang sudah turun bisa cepat naik kembali?
"Biasanya karena kurang asupan kalori. Orang kan butuh kalori untuk beraktivitas, nah kalau dia berlapar-lapar atau sengaja puasa terlalu lama, maka kalori yang masuk terserapnya sedikit dan metabolismenya bisa rusak. Jadi pas kemudian dia makan secara normal, nutrisinya tak terserap dan disimpan tubuh dalam bentuk lemak," papar Aldis.
Selain itu bisa juga karena stres. Mereka yang terlalu terobsesi dengan berat badan kerap meluapkan stresnya juga pada makanan sebagai bentuk pelampiasan. Menurut Aldis ini adalah hal yang wajar karena stres memicu hormon yang kemudian berefek juga pada nafsu makan.
"Bisa juga karena terjebak produk low fat claim, seperti produk non-kolesterol. Kadang kolesterolnya nol tapi untuk dongkrak rasa enak biasanya nanti jadi tinggi di komposisi garam atau gula," tutur Aldis.
(ajg/vit)