Yogyakarta, Sejak tahun 2003, Pamella Swalayan Supermarket memutuskan untuk berhenti menjual rokok di supermarket utama serta seluruh cabangnya. Langkah tersebut diambil lantaran kepedulian sang pemilik pada kesehatan. Seorang aktivis antirokok dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menilai langkah tersebut sangat inspiratif.
"Langkah Pamella untuk tidak menjual rokok itu bagus sekali," ujar Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD, country site director Quit Tobacco International untuk Indonesia.
"Karena kalau Indonesia sudah menandatangani Framework Convention of Tobacco Control (FCTC), maka rokok hanya akan di jual di tempat-tempat tertentu saja. Tidak di semua swalayan seperti saat ini," jelasnya lagi.
Lebih lanjut, psikolog dan dosen Fakultas Kedokteran UGM itu menuturkan bahwa maraknya konsumsi rokok di Indonesia disebabkan oleh dua hal, yakni karena harganya yang murah dan akses yang mudah. Oleh karena itu, langkah yang ditempuh swalayan Pamella untuk tidak menjual rokok dapat sedikit mengurangi kemudahan akses masyarakat untuk mendapatkan rokok.
Meski demikian, Yayi menuturkan bahwa langkah swalayan Pamella akan kurang efektif jika tak diikuti supermarket lain. Ia berharap, pemilik supermarket lain bisa mengikuti langkah Pamella untuk berhenti menjual rokok.
"Langkah Pamella kalau diikuti supermarket yang lain itu cukup bagus untuk menekan konsumsi rokok. Memang kurang efektif kalau tidak dikuti supermarket yang lain, tetapi itu sudah cukup bagus untuk menggerakkan hati pengusaha lain," terang kakak dari Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo tersebut, ketika berbincang dengan detikHealth, Kamis (22/5/2014).
Selain Pamella di Yogyakarta, di Jawa Barat juga terdapat jaringan swalayan Fajar yang tidak menjual rokok. Pemilik jaringan swalayan dengan 15 cabang tersebut, Yogi Tyandaru, memutuskan untuk tidak menjual rokok karena terinspirasi oleh kawannya yakni Noor Liesnani Pamella, sang pemilik Pamella Swalayan Supermarket.
(up/up)